Dirjen Migas Laode Sulaeman: Etanol Tak Ganggu Mesin, Justru Bikin Lebih Baik Usai Shell Menolak Beli BBM dari Pertamina
- instagram @halomigas
Dirjen Migas ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan etanol dalam BBM tak merusak mesin. Justru bermanfaat bagi performa kendaraan serta mendukung energi ramah lingkungan
Viva, Banyumas - Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Laode Sulaeman, menegaskan bahwa penggunaan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) tidak mengganggu performa mesin kendaraan. Sebaliknya, etanol justru bisa memberikan dampak positif terhadap kualitas pembakaran.
Menurut Laode, di tingkat internasional praktik pencampuran etanol dalam BBM sudah sangat umum dilakukan. Bahkan, sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat telah lebih dulu mengadopsinya.
Dikutip dari laman Instagram @sefrutfakta, Laode mengatakan Etanol itu di internasional sudah banyak yang pakai. Jadi tidak mengganggu performa, bahkan bagus dengan menggunakan etanol itu. Ia menjelaskan bahwa di Indonesia, kandungan etanol tidak dicantumkan dalam spesifikasi BBM.
Hal ini karena produk yang beredar adalah gasoline, bukan biogasoline. Fokus utama dalam spesifikasi BBM di dalam negeri adalah angka oktan atau Research Octane Number (RON), bukan kadar etanol. Laode juga mencontohkan, produk BBM yang dijual Shell di Amerika Serikat mengandung etanol, dan praktik itu sudah lama diterapkan tanpa menimbulkan masalah bagi mesin kendaraan.
Kalau di Amerika saja Shell juga sudah pakai etanol. Di sana bensinnya memang menggunakan etanol. Saya bisa tunjukkan bukti-bukti itu. Pernyataan ini sekaligus menjawab kekhawatiran sebagian masyarakat mengenai isu penggunaan etanol dalam BBM.
Ada anggapan bahwa etanol bisa berdampak buruk terhadap kinerja mesin, padahal faktanya justru sebaliknya. Etanol mampu meningkatkan kualitas pembakaran karena memiliki karakteristik yang mendukung peningkatan nilai oktan bahan bakar.