Situs FAM Diretas Minta Tebusan Rp 100 Juta, Diduga Hacker Malaysia Ngamuk: Kenapa Kalian Bodoh Sekali?
- Situs FAM
Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) terkena peretasan usai dijatuhi sanksi FIFA karena naturalisasi ilegal tujuh pemain. Hacker menulis pesan pedas dalam bahasa Melayu di situs resmi FAM
Viva, Banyumas - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) tengah menghadapi guncangan besar setelah situs resminya, fam.org.my, diretas oleh pihak tak dikenal. Peretasan ini diduga kuat merupakan bentuk kemarahan publik atas skandal naturalisasi ilegal tujuh pemain timnas Malaysia yang berujung pada sanksi FIFA.
Kasus ini menjadi sorotan besar di kawasan Asia Tenggara, terutama setelah FIFA menjatuhkan hukuman berat kepada FAM akibat penggunaan dokumen palsu dalam proses naturalisasi pemain asing.
Tujuh pemain tersebut adalah Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Hector Hevel, Jon Irazabal, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, dan Gabriel Palmero. Setelah sanksi itu diumumkan, situs resmi FAM tiba-tiba menampilkan pesan mengejutkan. Hacker menuliskan kalimat pedas menggunakan bahasa Melayu:
“Kenapa kalian bodoh sekali! Kalian main bola buat ID palsu bodoh! Apa pula mau melibatkan Indonesia?” Pesan tersebut disertai sindiran tambahan yang menyebut: “FIFA menghukum FAM, bukan PSSI.” Dari bahasa yang digunakan, publik menduga kuat bahwa pelaku peretasan berasal dari Malaysia sendiri.
Hacker tampaknya marah karena reputasi sepak bola negaranya tercoreng di mata dunia akibat ulah federasi. Menariknya, pesan peretas juga menyinggung Tunku Ismail Ibni Sultan Ibrahim (TMJ), pemilik klub Johor Darul Ta’zim (JDT) sekaligus sosok berpengaruh di balik proyek naturalisasi pemain Malaysia.
TMJ sempat melontarkan sindiran terhadap PSSI dan bahkan menyinggung Presiden Indonesia Prabowo Subianto di media sosial setelah kasus ini mencuat. Hacker tampak tidak terima dengan tindakan TMJ yang menuding pihak luar.
Ia menilai seharusnya FAM dan TMJ melakukan introspeksi, bukan melempar kesalahan. Hingga kini, laman cms.fam.org.my masih belum sepenuhnya pulih. Yang lebih mengejutkan, peretas juga menuliskan ancaman tebusan senilai 7.000 dolar AS alias sekitar Rp 100 Juta dengan peringatan bahwa seluruh database FAM akan dihapus dalam waktu 13 jam jika pembayaran tidak dilakukan.
Insiden ini memperburuk citra sepak bola Malaysia yang tengah terpuruk akibat skandal naturalisasi bodong. Selain berpotensi kehilangan kepercayaan publik, FAM kini dihadapkan pada ancaman keamanan siber dan tekanan moral dari suporter sendiri.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi federasi sepak bola di seluruh dunia bahwa transparansi, integritas, dan keamanan digital harus berjalan seiring demi menjaga kredibilitas organisasi olahraga di era modern