Marinir AS Uji Taktik Rahasia di Laut Filipina, Siap Lawan Kapal Selam Canggih China dan Rusia di Indo-Pasifik

Marinir AS tingkatkan kemampuan anti-kapal selam di Laut Filipina
Sumber :
  • armyrecognition.com

VIVA, Banyumas – Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada 8 Agustus 2025 mengumumkan bahwa Marinir AS dari Unit Ekspedisi Marinir (MEU) ke-31 menggelar latihan perang anti-kapal selam (Anti-Submarine Warfare/ASW) tingkat lanjut di Laut Filipina.

Vietnam Curiga Disadap! Latihan Jelang Final AFF U23 Lawan Timnas Indonesia Jadi Sorotan

Latihan ini memanfaatkan sistem deteksi akustik bawah air berbasis pelampung, dengan dukungan penuh dari kapal USS America Amphibious Ready Group (ARG) dan kapal induk USS George Washington (CVN 73) beserta gugus tempur kapal induknya.

Dilansir dari armyrecognition.com dalam artikel berjudul "Laporan Eksklusif: Marinir AS Tingkatkan Keterampilan Perang Anti-Kapal Selam di Laut Filipina untuk Melawan Kapal Selam China dan Rusia" tujuan utama latihan adalah meningkatkan kemampuan Marinir AS dalam mendeteksi, melacak, dan menanggulangi kapal selam musuh di kawasan strategis Indo-Pasifik.

Terjadi Insiden Lakalantas Sebuah Truk Pengangkut Pohon Jagung Terjun Bebas ke Sungai di Banjarnegara

Laut Filipina sendiri merupakan jalur perdagangan internasional penting yang berdekatan dengan kawasan rawan seperti Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan, sekaligus menjadi area operasi kapal selam canggih milik China dan Rusia.

Salah satu sorotan latihan adalah peluncuran pesawat tiltrotor MV-22B Osprey dari Skuadron Tiltrotor Medium Marinir (VMM) 265 (Diperkuat), MEU ke-31, langsung dari dek USS George Washington.

Blak-blakan! Robert Lewandowski Akui Nyaris Pindah ke MU

Langkah ini mencerminkan tingginya tingkat interoperabilitas antara Korps Marinir dan kapal induk Angkatan Laut AS.

MV-22B memiliki keunggulan kombinasi kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal dengan kecepatan serta jangkauan pesawat sayap tetap.

Dalam misi ASW, Osprey dapat dengan cepat menyebarkan pelampung sonar pasif AN/SSQ-53 DIFAR untuk penyadapan rahasia dan sistem aktif AN/SSQ-62 DICASS untuk deteksi pulsa sonar.

Kombinasi sensor ini memungkinkan deteksi kapal selam di lingkungan akustik Laut Filipina yang kompleks, termasuk perairan dalam dan kondisi termal yang menantang.

MEU ke-31 adalah satu-satunya unit ekspedisi Marinir yang secara permanen ditempatkan di Indo-Pasifik.

Dengan struktur pasukan tanggap cepat yang menggabungkan unsur infanteri, penerbangan, dan logistik, MEU ini siap menjalankan operasi amfibi, respons krisis, hingga operasi multi-domain.

Pangkalan lautnya, USS America ARG, menyediakan dukungan aviasi, angkutan amfibi, serta komando dan kendali yang terintegrasi.

Keikutsertaan USS George Washington dalam latihan ini menandakan penguatan integrasi antara kelompok siaga amfibi dan kelompok serang kapal induk.

Dengan jangkauan pengawasan yang luas dari sensor berbasis kapal induk, ditambah fleksibilitas penerbangan Marinir, operasi gabungan dapat dilakukan dengan efisiensi tinggi.

Kapal selam milik China, termasuk yang dilengkapi sistem propulsi udara-independen (AIP), dirancang untuk operasi siluman jarak jauh.

Sementara itu, kapal selam Armada Pasifik Rusia seperti kelas Akula dan Yasen memiliki kecepatan, kedalaman operasional, dan persenjataan yang canggih.

Kehadiran Marinir AS dengan kemampuan penyebaran jaringan deteksi akustik secara cepat menambah lapisan keamanan penting bagi kekuatan bawah laut Komando Indo-Pasifik AS.

Latihan ini mempertegas transformasi peran Korps Marinir dari sekadar pasukan amfibi menjadi kontributor utama keamanan maritim, khususnya di domain bawah laut.

Kolaborasi antara USS America ARG dan USS George Washington menjadi gambaran masa depan strategi AS dalam menghadapi tantangan keamanan Indo-Pasifik yang semakin kompleks.