Sandiaga Uno Tak Izinkan Anak Daftar LPDP Alasannya Bikin Tersentuh: Ambil Jatah Orang Lain?

Sandiaga Uno saat bertemu mahasiswa Indonesia di Malaysia
Sumber :
  • instagram @sandiuno

Viva, Banyumas - Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah mengungkap alasan dirinya melarang anak-anaknya mengikuti program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Geliat Sepak Bola Anak Cilacap! 57 Tim Ramaikan Referee Championship Seri 3

Hal ini disampaikan Sandiaga saat bertemu dengan mahasiswa Indonesia di Malaysia, yang kemudian diunggah di akun Instagram pribadinya pada Selasa, 24 Juni 2025. Dalam kesempatan tersebut, seorang mahasiswa menanyakan pendapat Sandiaga Uno terkait pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamensaindikti), Stella Christie.

Stella sebelumnya menyebut bahwa beasiswa LPDP adalah bentuk utang mahasiswa kepada negara, yang wajib dibayar dengan kontribusi nyata setelah menyelesaikan pendidikan.

Pendaftaran SMP Banyumas Ditutup Anak Tidak Masuk Kuota, Masih Bisa Sekolah?

Namun, Sandiaga Uno justru memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, LPDP bukanlah utang secara finansial, melainkan bentuk tanggung jawab moral bagi generasi muda.

Ia menilai, setiap penerima beasiswa LPDP memiliki kewajiban untuk berkontribusi terhadap pembangunan bangsa melalui prestasi dan karya. Lebih lanjut, Sandiaga menyampaikan keputusan pribadi yang cukup mengejutkan.

Heboh Anak di Sidoarjo Ambil Lagi Ibunya dari Panti, Netizen: Itu Bukan Ikhlas, Tapi Terpaksa!

Ia mengaku tidak mengizinkan anak-anaknya untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Alasannya, ia ingin memastikan bahwa program beasiswa tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan.

“Anak saya saya larang ikut LPDP. Kenapa? Karena kalau kamu ambil beasiswa LPDP, maka kamu ambil jatah orang lain,” ujar Sandiaga yang dikutip dari akun Instagram Pribadinya @sandiuno.

Menurutnya, beasiswa LPDP harus diberikan kepada mahasiswa yang kurang mampu secara finansial, agar peluang pendidikan dapat merata. Pernyataan ini menuai beragam tanggapan dari warganet.

Banyak yang mengapresiasi sikap Sandiaga Uno sebagai bentuk kepedulian terhadap akses pendidikan yang lebih adil.

Di sisi lain, pernyataan ini juga membuka ruang diskusi publik mengenai siapa yang sebenarnya layak menerima beasiswa negara. Dengan menyebut LPDP sebagai “responsibility” bukan “debt,” Sandiaga menekankan pentingnya kesadaran moral bagi generasi muda penerima beasiswa.

Menurutnya, pendidikan tinggi yang dibiayai negara harus dibalas dengan kontribusi nyata, bukan hanya pada aspek profesional, tetapi juga dalam membangun masyarakat dan bangsa.

Sikap Sandiaga Uno ini sekaligus menjadi pengingat bahwa keadilan dalam distribusi beasiswa tidak hanya soal kemampuan akademik, tetapi juga soal kepedulian sosial dan empati terhadap sesama anak bangsa