Atap Rumah Hancur hingga Pohon Tumbang, Begini Dampak Badai di Temanggung

Atap rumah warga Temanggung rusak diterjang badai
Sumber :
  • BPBD Temanggung

Cuaca ekstrem di Temanggung hancurkan atap rumah dan tumbangkan pohon. Sebanyak 17 rumah rusak dengan kerugian Rp54,7 juta, namun tidak ada korban jiwa dilaporkan

Viva, Banyumas -Hujan deras disertai angin kencang melanda Kabupaten Temanggung pada Minggu sore, 28 September 2025. Cuaca ekstrem ini menimbulkan kerusakan cukup signifikan di tiga kecamatan, yakni Kranggan, Selopampang, dan Tembarak.

Data sementara mencatat sebanyak 17 rumah terdampak dengan kondisi rusak ringan hingga berat.

Di Kecamatan Kranggan, dampak paling besar dirasakan warga Desa Badran dan Desa Nguwet.

Rumah milik Mujiono mengalami kerusakan parah pada bagian atap dengan kerugian mencapai Rp12,7 juta.

Satu keluarga berjumlah lima orang terpaksa mengungsi ke rumah orang tua.

Rumah milik Afif di Perumahan Badran Mulyo Asri juga rusak berat, dengan estimasi kerugian Rp10,9 juta.

Sementara itu, delapan rumah di Desa Nguwet mengalami rusak ringan dengan kerugian Rp7,9 juta.

Dikutip dari BPBD Temanggung, Kecamatan Selopampang juga tidak luput dari terjangan angin.

Di Desa Plumbon, sebuah pohon nangka tumbang hingga menutup akses jalan Plumbon–Wonokerso. Berkat gerak cepat BPBD bersama warga, akses jalan kembali dibuka.

Sedangkan di Desa Bumiayu, empat rumah mengalami kerusakan dengan total kerugian Rp15,1 juta.

Salah satunya rumah milik Budi Purwanto yang atapnya tertimpa pohon pete. Kecamatan Tembarak mencatat dua desa terdampak.

Rumah milik Wahdi di Desa Jragan mengalami kerusakan sedang dengan nilai kerugian Rp7,6 juta.

Di Desa Wonokerso, rumah milik Yulianto rusak ringan akibat tertimpa pohon tumbang, dengan kerugian Rp300 ribu.

Meski kerugian material mencapai Rp54,7 juta, peristiwa ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Hal ini menjadi catatan penting bahwa kesiapsiagaan warga dan respon cepat BPBD mampu meminimalkan risiko lebih besar.

Hingga pukul 24.00 WIB, personel BPBD bersama TNI, Polri, perangkat desa, dan masyarakat masih melakukan pembersihan material pohon tumbang serta pendataan kerusakan.

Kepala BPBD Temanggung menyampaikan bahwa koordinasi lintas sektor berjalan efektif untuk menangani dampak bencana.

Warga juga diimbau tetap waspada menghadapi potensi cuaca ekstrem di musim pancaroba, termasuk dengan memangkas pohon tinggi di sekitar rumah dan memperkuat struktur bangunan.

Badai di Temanggung ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana perlu diperkuat, baik melalui kesiapan masyarakat maupun dukungan pemerintah daerah.

Dengan langkah preventif, kerugian dan risiko keselamatan bisa ditekan seminimal mungkin

Cuaca ekstrem di Temanggung hancurkan atap rumah dan tumbangkan pohon. Sebanyak 17 rumah rusak dengan kerugian Rp54,7 juta, namun tidak ada korban jiwa dilaporkan

Viva, Banyumas -Hujan deras disertai angin kencang melanda Kabupaten Temanggung pada Minggu sore, 28 September 2025. Cuaca ekstrem ini menimbulkan kerusakan cukup signifikan di tiga kecamatan, yakni Kranggan, Selopampang, dan Tembarak.

Data sementara mencatat sebanyak 17 rumah terdampak dengan kondisi rusak ringan hingga berat.

Di Kecamatan Kranggan, dampak paling besar dirasakan warga Desa Badran dan Desa Nguwet.

Rumah milik Mujiono mengalami kerusakan parah pada bagian atap dengan kerugian mencapai Rp12,7 juta.

Satu keluarga berjumlah lima orang terpaksa mengungsi ke rumah orang tua.

Rumah milik Afif di Perumahan Badran Mulyo Asri juga rusak berat, dengan estimasi kerugian Rp10,9 juta.

Sementara itu, delapan rumah di Desa Nguwet mengalami rusak ringan dengan kerugian Rp7,9 juta.

Dikutip dari BPBD Temanggung, Kecamatan Selopampang juga tidak luput dari terjangan angin.

Di Desa Plumbon, sebuah pohon nangka tumbang hingga menutup akses jalan Plumbon–Wonokerso. Berkat gerak cepat BPBD bersama warga, akses jalan kembali dibuka.

Sedangkan di Desa Bumiayu, empat rumah mengalami kerusakan dengan total kerugian Rp15,1 juta.

Salah satunya rumah milik Budi Purwanto yang atapnya tertimpa pohon pete. Kecamatan Tembarak mencatat dua desa terdampak.

Rumah milik Wahdi di Desa Jragan mengalami kerusakan sedang dengan nilai kerugian Rp7,6 juta.

Di Desa Wonokerso, rumah milik Yulianto rusak ringan akibat tertimpa pohon tumbang, dengan kerugian Rp300 ribu.

Meski kerugian material mencapai Rp54,7 juta, peristiwa ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Hal ini menjadi catatan penting bahwa kesiapsiagaan warga dan respon cepat BPBD mampu meminimalkan risiko lebih besar.

Hingga pukul 24.00 WIB, personel BPBD bersama TNI, Polri, perangkat desa, dan masyarakat masih melakukan pembersihan material pohon tumbang serta pendataan kerusakan.

Kepala BPBD Temanggung menyampaikan bahwa koordinasi lintas sektor berjalan efektif untuk menangani dampak bencana.

Warga juga diimbau tetap waspada menghadapi potensi cuaca ekstrem di musim pancaroba, termasuk dengan memangkas pohon tinggi di sekitar rumah dan memperkuat struktur bangunan.

Badai di Temanggung ini menjadi pengingat bahwa mitigasi bencana perlu diperkuat, baik melalui kesiapan masyarakat maupun dukungan pemerintah daerah.

Dengan langkah preventif, kerugian dan risiko keselamatan bisa ditekan seminimal mungkin