Masalahnya Dimana, Netizen Bingung Soal Anggaran Babi Guling Rp1,37 Miliar di Universitas Udayana Bali Viral

Netizen debat anggaran babi guling Unud
Sumber :
  • pexel @Samer Daboul

Isu anggaran babi guling Rp1,37 miliar di Universitas Udayana bikin netizen terbelah. Ada yang kritik pemborosan, ada pula yang membela tradisi budaya Bali

Viva, Banyumas - Perdebatan hangat muncul di media sosial usai beredar laporan penggunaan anggaran Universitas Udayana (Unud), Bali, yang disebut-sebut menghabiskan Rp1,37 miliar untuk babi guling dalam tiga tahun terakhir.

Anggaran tersebut tercatat dalam sistem laporan AMEL di SPSE Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Unggahan yang pertama kali dipublikasikan akun media daring kemudian viral, memicu diskusi panjang di kolom komentar warganet.

Sebagian publik mempertanyakan kewajaran penggunaan APBN untuk kebutuhan kuliner tradisional, sementara sebagian lain menilai hal itu logis dan tidak perlu dibesar-besarkan.

Di akun Senator Bali, Shri Gusti Arya Wedakarna , banyak netizen yang menuliskan komentarnya, Di satu sisi, ada netizen yang menilai dana tersebut terlalu besar hanya untuk kebutuhan konsumsi babi guling.

“Kalau benar Rp1,37 miliar, apakah itu tidak bisa dialihkan untuk hal yang lebih produktif?” tulis seorang pengguna Instagram.

Namun, komentar berbeda juga bermunculan. Banyak netizen asal Bali yang menegaskan bahwa babi guling merupakan bagian dari tradisi budaya sekaligus kuliner yang kerap hadir dalam acara resmi kampus.

“Masalahnya di mana? Babi guling di Bali itu wajar, apalagi untuk kegiatan fakultas dan odalan,” tulis akun lain yang disukai ratusan pengguna.

Tak sedikit pula netizen mencoba menghitung secara logis. Dengan 13 fakultas, 1 program pascasarjana, dan 49 program studi, setiap kegiatan besar seperti odalan atau acara akademik bisa membutuhkan babi guling.

Jika satu ekor babi guling seharga Rp2,5–3 juta, maka kebutuhan rutin selama tiga tahun memang bisa mencapai angka miliaran rupiah. Seorang netizen bahkan menulis,

“Kalau totalnya Rp1,37 miliar selama tiga tahun, artinya rata-rata hanya beberapa ratus juta per tahun. Masih masuk akal untuk skala kampus sebesar Unud.”

Meski perdebatan berlangsung sengit, sebagian pihak menilai isu ini menunjukkan pentingnya transparansi penggunaan dana publik, khususnya APBN.

Publik berhak tahu detail anggaran agar tidak muncul kesalahpahaman yang bisa mencoreng nama institusi pendidikan

Isu anggaran babi guling Rp1,37 miliar di Universitas Udayana bikin netizen terbelah. Ada yang kritik pemborosan, ada pula yang membela tradisi budaya Bali

Viva, Banyumas - Perdebatan hangat muncul di media sosial usai beredar laporan penggunaan anggaran Universitas Udayana (Unud), Bali, yang disebut-sebut menghabiskan Rp1,37 miliar untuk babi guling dalam tiga tahun terakhir.

Anggaran tersebut tercatat dalam sistem laporan AMEL di SPSE Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Unggahan yang pertama kali dipublikasikan akun media daring kemudian viral, memicu diskusi panjang di kolom komentar warganet.

Sebagian publik mempertanyakan kewajaran penggunaan APBN untuk kebutuhan kuliner tradisional, sementara sebagian lain menilai hal itu logis dan tidak perlu dibesar-besarkan.

Di akun Senator Bali, Shri Gusti Arya Wedakarna , banyak netizen yang menuliskan komentarnya, Di satu sisi, ada netizen yang menilai dana tersebut terlalu besar hanya untuk kebutuhan konsumsi babi guling.

“Kalau benar Rp1,37 miliar, apakah itu tidak bisa dialihkan untuk hal yang lebih produktif?” tulis seorang pengguna Instagram.

Namun, komentar berbeda juga bermunculan. Banyak netizen asal Bali yang menegaskan bahwa babi guling merupakan bagian dari tradisi budaya sekaligus kuliner yang kerap hadir dalam acara resmi kampus.

“Masalahnya di mana? Babi guling di Bali itu wajar, apalagi untuk kegiatan fakultas dan odalan,” tulis akun lain yang disukai ratusan pengguna.

Tak sedikit pula netizen mencoba menghitung secara logis. Dengan 13 fakultas, 1 program pascasarjana, dan 49 program studi, setiap kegiatan besar seperti odalan atau acara akademik bisa membutuhkan babi guling.

Jika satu ekor babi guling seharga Rp2,5–3 juta, maka kebutuhan rutin selama tiga tahun memang bisa mencapai angka miliaran rupiah. Seorang netizen bahkan menulis,

“Kalau totalnya Rp1,37 miliar selama tiga tahun, artinya rata-rata hanya beberapa ratus juta per tahun. Masih masuk akal untuk skala kampus sebesar Unud.”

Meski perdebatan berlangsung sengit, sebagian pihak menilai isu ini menunjukkan pentingnya transparansi penggunaan dana publik, khususnya APBN.

Publik berhak tahu detail anggaran agar tidak muncul kesalahpahaman yang bisa mencoreng nama institusi pendidikan