Dino Patti Djalal: Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia Saat Konflik Hanya untuk Pencitraan Politik
- Instagram @dinopattidjalal
Dino Patti Djalal menilai kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia hanyalah pencitraan politik. Ia membandingkan diplomasi Jokowi dengan SBY yang lebih aktif dan berdampak
Viva, Banyumas - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal, mengungkapkan kritik tajam terhadap gaya diplomasi Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi bukanlah sosok presiden yang menunjukkan minat besar terhadap politik luar negeri, bahkan saat menjalani dua periode kepemimpinan.
Dalam kanal YouTube Total Politik pada 24 September 2025, Dino menilai Jokowi lebih banyak mendelegasikan urusan diplomasi internasional kepada menteri maupun wakil presiden. Ia mencontohkan keengganan Jokowi hadir dalam forum penting seperti KTT G20, APEC, hingga Sidang Umum PBB.
Selama dua periode menjabat, Jokowi tercatat tidak pernah hadir langsung ke forum PBB, dan lebih sering mengutus Menlu atau Jusuf Kalla. Dino menuturkan, alasan tersebut muncul karena Jokowi merasa forum-forum internasional tidak berdampak nyata bagi masyarakat.
Padahal, menurut Dino, posisi Indonesia sebagai negara besar di kawasan seharusnya memberi pengaruh lebih luas di kancah global. Salah satu kritik paling tajam Dino adalah soal kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia pada Juni 2022, di tengah memanasnya konflik kedua negara.
Jokowi memang sempat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bahkan menyebut Indonesia siap menjadi jembatan perdamaian. Namun, Dino menilai langkah tersebut tidak lebih dari sekadar pencitraan politik domestik.
“Kunjungan itu lebih untuk konsumsi dalam negeri, bukan upaya nyata menyelesaikan konflik,” ujarnya dikutip dari akun Youtube Total Politik.
Ia menambahkan, diplomasi semestinya membawa dampak strategis, bukan sekadar agenda seremonial. Dino pun membandingkan gaya kepemimpinan Jokowi dengan SBY. Menurutnya, SBY berhasil menjaga keseimbangan antara urusan dalam negeri dan peran aktif di kancah internasional.
Hal ini terlihat dari keterlibatan Indonesia dalam berbagai forum global yang berdampak nyata pada reputasi diplomasi Tanah Air. Lebih jauh, Dino berharap Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil pelajaran dari masa lalu.
Menurutnya, Prabowo harus mampu membangun reputasi Indonesia yang kuat, tidak hanya dalam aspek politik dan ekonomi domestik, tetapi juga dalam diplomasi internasional.
“Menjadi presiden bukan hanya soal sukses di dalam negeri, tapi juga bagaimana membawa nama Indonesia berpengaruh di panggung dunia,” pungkas Dino
Dino Patti Djalal menilai kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia hanyalah pencitraan politik. Ia membandingkan diplomasi Jokowi dengan SBY yang lebih aktif dan berdampak
Viva, Banyumas - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dino Patti Djalal, mengungkapkan kritik tajam terhadap gaya diplomasi Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi bukanlah sosok presiden yang menunjukkan minat besar terhadap politik luar negeri, bahkan saat menjalani dua periode kepemimpinan.
Dalam kanal YouTube Total Politik pada 24 September 2025, Dino menilai Jokowi lebih banyak mendelegasikan urusan diplomasi internasional kepada menteri maupun wakil presiden. Ia mencontohkan keengganan Jokowi hadir dalam forum penting seperti KTT G20, APEC, hingga Sidang Umum PBB.
Selama dua periode menjabat, Jokowi tercatat tidak pernah hadir langsung ke forum PBB, dan lebih sering mengutus Menlu atau Jusuf Kalla. Dino menuturkan, alasan tersebut muncul karena Jokowi merasa forum-forum internasional tidak berdampak nyata bagi masyarakat.
Padahal, menurut Dino, posisi Indonesia sebagai negara besar di kawasan seharusnya memberi pengaruh lebih luas di kancah global. Salah satu kritik paling tajam Dino adalah soal kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia pada Juni 2022, di tengah memanasnya konflik kedua negara.
Jokowi memang sempat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bahkan menyebut Indonesia siap menjadi jembatan perdamaian. Namun, Dino menilai langkah tersebut tidak lebih dari sekadar pencitraan politik domestik.
“Kunjungan itu lebih untuk konsumsi dalam negeri, bukan upaya nyata menyelesaikan konflik,” ujarnya dikutip dari akun Youtube Total Politik.
Ia menambahkan, diplomasi semestinya membawa dampak strategis, bukan sekadar agenda seremonial. Dino pun membandingkan gaya kepemimpinan Jokowi dengan SBY. Menurutnya, SBY berhasil menjaga keseimbangan antara urusan dalam negeri dan peran aktif di kancah internasional.
Hal ini terlihat dari keterlibatan Indonesia dalam berbagai forum global yang berdampak nyata pada reputasi diplomasi Tanah Air. Lebih jauh, Dino berharap Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil pelajaran dari masa lalu.
Menurutnya, Prabowo harus mampu membangun reputasi Indonesia yang kuat, tidak hanya dalam aspek politik dan ekonomi domestik, tetapi juga dalam diplomasi internasional.
“Menjadi presiden bukan hanya soal sukses di dalam negeri, tapi juga bagaimana membawa nama Indonesia berpengaruh di panggung dunia,” pungkas Dino