Belajar dari Dunia: 5 Negara dengan Program Makan Gratis Sekolah yang Bisa Jadi Inspirasi untuk Indonesia
- Freepik
VIVA, Banyumas – Kasus keracunan massal dalam program Makan Bersama Gratis (MBG) baru-baru ini membuat banyak pihak khawatir sekaligus mempertanyakan kesiapan Indonesia dalam menjalankan program makan gratis di sekolah. Padahal, di berbagai belahan dunia, program serupa telah lama berjalan dengan standar yang baik, bahkan menjadi bagian penting dari sistem pendidikan.
Berikut lima negara yang sukses mengimplementasikan program makan gratis di sekolah:
1. Finlandia
Finlandia adalah pelopor program makan gratis di sekolah, yang sudah berlangsung sejak 1948. Setiap siswa, mulai dari sekolah dasar hingga menengah, berhak mendapat makan siang sehat secara gratis. Menunya disusun ahli gizi dan selalu menekankan pada keseimbangan nutrisi.
2. India
India memiliki program “Mid-Day Meal Scheme” yang merupakan salah satu program makan gratis terbesar di dunia. Program ini memberi makan siang gratis kepada lebih dari 100 juta siswa setiap hari. Tujuannya bukan hanya kesehatan, tetapi juga untuk mengurangi angka putus sekolah dan meningkatkan kehadiran siswa.
3. Jepang
Jepang dikenal disiplin soal makanan sekolah. Program makan siang gratis tidak hanya menekankan pada gizi, tetapi juga mendidik siswa tentang budaya makan sehat. Anak-anak bahkan ikut serta dalam membagikan makanan, sehingga ada aspek pendidikan karakter di dalamnya.
4. Brasil
Brasil menjalankan program makan gratis sejak 1955. Pemerintah bekerja sama dengan petani lokal untuk menyediakan bahan makanan segar bagi sekolah. Selain memberi gizi yang baik bagi siswa, program ini juga menggerakkan perekonomian pedesaan.
5. Swedia
Swedia mewajibkan sekolah menyediakan makanan gratis yang sehat untuk semua siswa. Menu harian diatur agar bervariasi dan memenuhi kebutuhan gizi. Program ini dianggap penting untuk mendukung kesetaraan dalam pendidikan, karena semua siswa mendapat akses nutrisi yang sama tanpa memandang latar belakang ekonomi.
Dari contoh lima negara tersebut, terlihat bahwa program makan gratis di sekolah bisa berjalan baik bila disertai perencanaan matang, standar gizi yang jelas, serta pengawasan ketat. Program semacam ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat agar kualitas makanan tetap terjamin.
Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara lain agar kasus seperti yang terjadi dalam program MBG tidak terulang. Dengan perencanaan yang lebih serius, tujuan utama—yaitu kesehatan dan masa depan anak bangsa—akan lebih mudah tercapai. Jika dikelola dengan benar, program ini juga bisa menjadi investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia.