Geger! Dugaan Anak Polisi Pukul Guru SMA Negeri 1 Sinjai di Ruang BK Setelah Ditegur Sering Bolos
- Pixabay
MF (18), siswa SMA Negeri 1 Sinjai, tega memukul gurunya saat dipanggil ke ruang BK. Kejadian itu berlangsung di depan ayahnya yang diduga seorang anggota polisi, tanpa ada upaya melerai.
VIVA, Banyumas – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh kasus kekerasan siswa terhadap guru.
Seorang pelajar berinisial MF (18), siswa SMA Negeri 1 Sinjai, diduga melakukan pemukulan terhadap gurunya sendiri, Mauluddin, yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah.
Ironisnya, insiden itu terjadi di ruang Bimbingan Konseling (BK) pada Selasa, 16 September 2025, dan disaksikan langsung oleh ayah MF yang diduga merupakan anggota kepolisian.
Kepala SMA Negeri 1 Sinjai, Muh Suardi, menuturkan bahwa kasus bermula dari laporan Mauluddin terkait kebiasaan MF yang sering membolos, terutama pada jam pelajaran yang dia ampu.
Laporan tersebut kemudian diteruskan kepada guru BK sebagai bagian dari prosedur pembinaan siswa.
Menindaklanjuti laporan itu, pihak sekolah memanggil MF bersama orang tuanya untuk hadir di ruang BK.
Kehadiran sang ayah, Aiptu Rajamuddin, menarik perhatian karena ia datang dengan seragam khas kepolisian, seperti celana cokelat, ikat pinggang lalu lintas, dan jaket dinas.
“Dia (MF) begitu melihat Pak Mauluddin langsung memukul. Ayahnya hanya diam saja tanpa berusaha melerai,” ujar Suardi dilansir dari VIVA.co.id pada Jumat (19/9/2025).
Peristiwa itu sontak membuat suasana ruang BK tegang. Beberapa guru perempuan serta orang tua siswa lain yang kebetulan berada di lokasi akhirnya turun tangan untuk menenangkan keadaan.
Menurut Suardi, insiden ini murni terkait persoalan kedisiplinan sekolah, tanpa adanya konflik pribadi antara guru dan murid.
Ia menegaskan bahwa Mauluddin dikenal sebagai pendidik yang berdedikasi dan berkarakter baik.
“Pak Mauluddin orangnya baik, jadi jelas ini hanya karena masalah bolos,” katanya.
Pihak sekolah menilai kasus ini tidak bisa dibiarkan. Selain dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh MF, ada pula pertanyaan besar mengenai sikap sang ayah yang memilih diam dan tidak melerai saat aksi kekerasan terjadi.
Sekolah pun mendorong Mauluddin untuk melaporkan insiden tersebut ke pihak kepolisian.
Langkah ini dianggap penting bukan hanya untuk menegakkan aturan hukum, tetapi juga untuk melindungi martabat guru serta menjaga wibawa institusi pendidikan.