146 Santri Ponpes Al Madina Banjarnegara Diduga Keracunan Usai Santap Makanan, Begini Kronologi Lengkapnya!

Ratusan santri Ponpes Al Madina Banjarnegara sakit massal
Sumber :
  • pexel @Mikhail Nilov

Sebanyak 146 santri Ponpes Al Madina Banjarnegara diduga keracunan makanan. Puluhan santri harus diinfus, sampel makanan diperiksa Labkesda untuk pastikan penyebab

Viva, Banyumas - Kasus luar biasa terjadi di Pondok Pesantren Al Madina Desa Pingit, Kecamatan Rakit, Banjarnegara. Sebanyak 146 santri mengalami gejala yang diduga kuat akibat keracunan makanan. Kejadian ini sontak mengejutkan masyarakat karena jumlah penderita cukup banyak dan terjadi secara bersamaan.

Kronologi Kejadian

Dikutip dari PMI Kab Banjarnegara, Berdasarkan laporan resmi, kasus bermula pada Minggu (14/9/2025) ketika 19 santri datang ke Puskesmas Rakit 1 dengan keluhan demam, pusing, mual, muntah, diare, serta nyeri perut. Kondisi makin parah pada Senin malam (15/9/2025), ketika jumlah santri yang sakit semakin banyak dan harus mendapat perawatan medis.

Hingga Selasa pagi (16/9/2025), total 146 kasus tercatat. Dari jumlah tersebut, 34 santri harus diinfus di berbagai fasilitas kesehatan, antara lain Puskesmas Rakit 1 (15 orang), Puskesmas Wanadadi 1 (10 orang), Puskesmas Mandiraja 1 (4 orang), Puskesmas Klampok 1 (2 orang), serta RSUD Banjarnegara (3 orang).

Sementara itu, 112 santri lainnya menjalani rawat jalan, mayoritas di Puskesmas Rakit 1 dan Mandiraja 1.

Penanganan Medis

Tim medis segera melakukan visitasi, memberikan cairan infus, obat-obatan, serta memantau kondisi umum pasien. Bagi santri yang tidak menunjukkan gejala berat, pemeriksaan tetap dilakukan.

Jika hasilnya baik, pasien dipulangkan dan sementara mengikuti pembelajaran secara daring. Pemerintah juga melakukan investigasi terhadap makanan dan minuman terakhir yang dikonsumsi para santri sebelum timbulnya gejala.

Untuk memastikan penyebab, sampel makanan dan air minum dikirim ke Labkesda Kabupaten Banjarnegara dan akan diteruskan ke Labkesda Provinsi Jawa Tengah untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dinas Kesehatan setempat mengimbau pihak pondok serta orang tua santri agar tidak panik karena situasi sudah terkendali. Posko TGC (Tim Gerak Cepat) pun dibentuk di Puskesmas Rakit 1 sebagai pusat koordinasi dan pengawasan, bekerja sama dengan puskesmas lain serta rumah sakit di sekitar wilayah.

Selain itu, Forkompinca, PMI, BPBD, serta perangkat desa juga turut membantu proses penanganan dan investigasi. Pihak pondok pesantren dinilai kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan tim kesehatan.

Kasus ini menambah daftar panjang kejadian keracunan massal di lingkungan pendidikan. Publik berharap agar investigasi segera menemukan penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang.

Selain itu, standar pengelolaan makanan di pesantren diharapkan lebih diperketat untuk menjaga keselamatan para santri

Sebanyak 146 santri Ponpes Al Madina Banjarnegara diduga keracunan makanan. Puluhan santri harus diinfus, sampel makanan diperiksa Labkesda untuk pastikan penyebab

Viva, Banyumas - Kasus luar biasa terjadi di Pondok Pesantren Al Madina Desa Pingit, Kecamatan Rakit, Banjarnegara. Sebanyak 146 santri mengalami gejala yang diduga kuat akibat keracunan makanan. Kejadian ini sontak mengejutkan masyarakat karena jumlah penderita cukup banyak dan terjadi secara bersamaan.

Kronologi Kejadian

Dikutip dari PMI Kab Banjarnegara, Berdasarkan laporan resmi, kasus bermula pada Minggu (14/9/2025) ketika 19 santri datang ke Puskesmas Rakit 1 dengan keluhan demam, pusing, mual, muntah, diare, serta nyeri perut. Kondisi makin parah pada Senin malam (15/9/2025), ketika jumlah santri yang sakit semakin banyak dan harus mendapat perawatan medis.

Hingga Selasa pagi (16/9/2025), total 146 kasus tercatat. Dari jumlah tersebut, 34 santri harus diinfus di berbagai fasilitas kesehatan, antara lain Puskesmas Rakit 1 (15 orang), Puskesmas Wanadadi 1 (10 orang), Puskesmas Mandiraja 1 (4 orang), Puskesmas Klampok 1 (2 orang), serta RSUD Banjarnegara (3 orang).

Sementara itu, 112 santri lainnya menjalani rawat jalan, mayoritas di Puskesmas Rakit 1 dan Mandiraja 1.

Penanganan Medis

Tim medis segera melakukan visitasi, memberikan cairan infus, obat-obatan, serta memantau kondisi umum pasien. Bagi santri yang tidak menunjukkan gejala berat, pemeriksaan tetap dilakukan.

Jika hasilnya baik, pasien dipulangkan dan sementara mengikuti pembelajaran secara daring. Pemerintah juga melakukan investigasi terhadap makanan dan minuman terakhir yang dikonsumsi para santri sebelum timbulnya gejala.

Untuk memastikan penyebab, sampel makanan dan air minum dikirim ke Labkesda Kabupaten Banjarnegara dan akan diteruskan ke Labkesda Provinsi Jawa Tengah untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dinas Kesehatan setempat mengimbau pihak pondok serta orang tua santri agar tidak panik karena situasi sudah terkendali. Posko TGC (Tim Gerak Cepat) pun dibentuk di Puskesmas Rakit 1 sebagai pusat koordinasi dan pengawasan, bekerja sama dengan puskesmas lain serta rumah sakit di sekitar wilayah.

Selain itu, Forkompinca, PMI, BPBD, serta perangkat desa juga turut membantu proses penanganan dan investigasi. Pihak pondok pesantren dinilai kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan tim kesehatan.

Kasus ini menambah daftar panjang kejadian keracunan massal di lingkungan pendidikan. Publik berharap agar investigasi segera menemukan penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang.

Selain itu, standar pengelolaan makanan di pesantren diharapkan lebih diperketat untuk menjaga keselamatan para santri