Heboh di Boyolali: Guru SMAN 1 Cepogo Diduga Injak Punggung Siswa Hingga Digeruduk Warga

Warga geruduk SMAN 1 Cepogo Dugaan Injak Siswa
Sumber :
  • Tiktok @mitechonee

Warga geruduk SMAN 1 Cepogo Boyolali menuntut guru yang diduga menginjak punggung siswa hingga kesakitan. Polisi dan Danramil ikut mediasi kasus ini

Viva, Banyumas - Puluhan warga Boyolali menggeruduk SMAN 1 Cepogo pada Rabu (10/9/2025) siang. Aksi ini dipicu dugaan kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa, di mana seorang murid dikabarkan diinjak punggungnya hingga merasakan sakit.

Koordinator aksi sekaligus tetangga korban, Nanang W.N., menyatakan bahwa malam sebelumnya, Selasa (9/9/2025), ia melihat tetangganya berinisial YS (18) tampak linglung dan tidak mau makan saat menghadiri kegiatan pernikahan di desanya.

Saat ditanya, YS mengaku merasakan sakit di punggung akibat diinjak oleh gurunya beberapa waktu sebelumnya. YS sendiri merupakan siswa kelas XI di SMAN 1 Cepogo. Menanggapi kondisi tersebut, Nanang segera membawa korban ke RSUD Pandan Arang Boyolali untuk visum, dan hasilnya akan diserahkan ke pihak kepolisian.

Nanang menambahkan, guru yang diduga menginjak YS ternyata mengakui perbuatannya, namun menekankan bahwa korban lainnya bisa bangun, sedangkan YS yang berada di tengah menangis dan sulit berdiri setelah diinjak.

Sikap pihak sekolah mendapat sorotan karena setelah kejadian, YS dibopong pulang dan tidak diperiksa ke rumah sakit. Sebaliknya, korban dibawa ke tukang pijat dan diberi uang sebesar Rp100.000.

Menurut Nanang, hal ini membuat warga merasa tidak puas dengan respons sekolah, karena kesejahteraan dan keselamatan siswa seharusnya menjadi prioritas. Aksi protes kemudian memuncak.

Puluhan warga yang menaiki sepeda motor mendatangi sekolah untuk menuntut pertanggungjawaban guru yang bersangkutan. Dalam mediasi yang difasilitasi Polsek dan Danramil Cepogo, perwakilan warga, termasuk Nanang, melakukan pertemuan dengan pihak sekolah untuk menuntaskan persoalan ini.

Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan siswa di sekolah serta transparansi penanganan kasus kekerasan oleh tenaga pendidik. Publik menekankan bahwa sekolah memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin keamanan murid, memberikan perawatan medis bila diperlukan, dan menindak tegas guru yang terbukti melakukan kekerasan.

Insiden ini juga memicu diskusi lebih luas tentang budaya pendidikan di Boyolali, di mana masyarakat meminta agar tindakan kekerasan fisik terhadap siswa tidak lagi ditoleransi.

Aparat keamanan dan pihak sekolah diharapkan memberikan penanganan yang adil dan memastikan kejadian serupa tidak terulang

Warga geruduk SMAN 1 Cepogo Boyolali menuntut guru yang diduga menginjak punggung siswa hingga kesakitan. Polisi dan Danramil ikut mediasi kasus ini

Viva, Banyumas - Puluhan warga Boyolali menggeruduk SMAN 1 Cepogo pada Rabu (10/9/2025) siang. Aksi ini dipicu dugaan kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa, di mana seorang murid dikabarkan diinjak punggungnya hingga merasakan sakit.

Koordinator aksi sekaligus tetangga korban, Nanang W.N., menyatakan bahwa malam sebelumnya, Selasa (9/9/2025), ia melihat tetangganya berinisial YS (18) tampak linglung dan tidak mau makan saat menghadiri kegiatan pernikahan di desanya.

Saat ditanya, YS mengaku merasakan sakit di punggung akibat diinjak oleh gurunya beberapa waktu sebelumnya. YS sendiri merupakan siswa kelas XI di SMAN 1 Cepogo. Menanggapi kondisi tersebut, Nanang segera membawa korban ke RSUD Pandan Arang Boyolali untuk visum, dan hasilnya akan diserahkan ke pihak kepolisian.

Nanang menambahkan, guru yang diduga menginjak YS ternyata mengakui perbuatannya, namun menekankan bahwa korban lainnya bisa bangun, sedangkan YS yang berada di tengah menangis dan sulit berdiri setelah diinjak.

Sikap pihak sekolah mendapat sorotan karena setelah kejadian, YS dibopong pulang dan tidak diperiksa ke rumah sakit. Sebaliknya, korban dibawa ke tukang pijat dan diberi uang sebesar Rp100.000.

Menurut Nanang, hal ini membuat warga merasa tidak puas dengan respons sekolah, karena kesejahteraan dan keselamatan siswa seharusnya menjadi prioritas. Aksi protes kemudian memuncak.

Puluhan warga yang menaiki sepeda motor mendatangi sekolah untuk menuntut pertanggungjawaban guru yang bersangkutan. Dalam mediasi yang difasilitasi Polsek dan Danramil Cepogo, perwakilan warga, termasuk Nanang, melakukan pertemuan dengan pihak sekolah untuk menuntaskan persoalan ini.

Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan siswa di sekolah serta transparansi penanganan kasus kekerasan oleh tenaga pendidik. Publik menekankan bahwa sekolah memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin keamanan murid, memberikan perawatan medis bila diperlukan, dan menindak tegas guru yang terbukti melakukan kekerasan.

Insiden ini juga memicu diskusi lebih luas tentang budaya pendidikan di Boyolali, di mana masyarakat meminta agar tindakan kekerasan fisik terhadap siswa tidak lagi ditoleransi.

Aparat keamanan dan pihak sekolah diharapkan memberikan penanganan yang adil dan memastikan kejadian serupa tidak terulang