Heboh! Lukisan Bergambar PKI di Kampus Unmul Samarinda, Begini Klarifikasi Rektor
- instagram @unmul
Unmul heboh usai temuan lukisan PKI di FKIP Samarinda. Rektor menegaskan itu hanya peraga pembelajaran sejarah, bukan propaganda. Polisi tetap dalami kasus bom molotov
Viva, Banyumas - Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda tengah menjadi sorotan publik setelah ditemukannya lukisan bergambar lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di lingkungan Kampus 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Jalan Banggeris, Samarinda.
Temuan ini sempat membuat heboh lantaran PKI merupakan organisasi terlarang di Indonesia sejak 1966. Namun, pihak kampus dengan tegas memberikan klarifikasi. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof. Moh Bahzar, menegaskan bahwa lukisan tersebut murni digunakan sebagai alat peraga perkuliahan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, bukan propaganda ideologi terlarang.
Menurut Prof. Bahzar, lukisan itu merupakan bagian dari materi kuliah yang membahas konstelasi politik pada era Presiden Soekarno. Saat itu, ada sejumlah partai besar di Indonesia, termasuk PKI.
Untuk memudahkan pemahaman, mahasiswa membuat visualisasi berupa lukisan berbagai lambang partai, termasuk lambang PKI.
“Ini tidak ada hubungannya dengan penyebaran ideologi terlarang. Semua murni konteks akademik, karena mahasiswa sejarah memang wajib mempelajari peristiwa masa lalu secara objektif,” jelasnya dikutip dari Viva.
Pihak rektorat juga sudah memanggil program studi terkait untuk meminta keterangan. Hasilnya mengonfirmasi bahwa lukisan tersebut memang dibuat untuk kepentingan akademik semata. Meski begitu, lukisan bergambar PKI itu ditemukan bersamaan dengan operasi kepolisian yang juga menyita 27 bom molotov di salah satu gedung FKIP Unmul pada malam sebelum aksi demonstrasi yang dijadwalkan 1 September 2025.
Polisi bahkan telah mengidentifikasi empat mahasiswa sebagai terduga perakit bom molotov tersebut. Prof. Bahzar menegaskan bahwa kasus bom molotov sepenuhnya menjadi ranah aparat kepolisian.
Unmul menyerahkan penyidikan kepada pihak berwenang dan memastikan tidak ada keterkaitan antara lukisan PKI dengan aktivitas berbahaya tersebut. Unmul menekankan bahwa pembelajaran sejarah harus tetap berjalan sesuai kaidah keilmuan.
Mahasiswa diwajibkan memahami seluruh dinamika politik Indonesia, termasuk era Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi.
“Kami menjamin tidak ada gerakan terlarang di kampus. Lukisan itu semata-mata bagian dari proses belajar, agar mahasiswa lebih mudah memahami perjalanan sejarah bangsa,” tegas Prof. Bahzar.
Dengan klarifikasi ini, Unmul berharap publik tidak salah menafsirkan temuan lukisan tersebut. Pihak universitas berkomitmen menjaga kegiatan akademik tetap berjalan secara sehat, bebas dari muatan politik praktis maupun ideologi yang bertentangan dengan hukum
Unmul heboh usai temuan lukisan PKI di FKIP Samarinda. Rektor menegaskan itu hanya peraga pembelajaran sejarah, bukan propaganda. Polisi tetap dalami kasus bom molotov
Viva, Banyumas - Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda tengah menjadi sorotan publik setelah ditemukannya lukisan bergambar lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di lingkungan Kampus 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Jalan Banggeris, Samarinda.
Temuan ini sempat membuat heboh lantaran PKI merupakan organisasi terlarang di Indonesia sejak 1966. Namun, pihak kampus dengan tegas memberikan klarifikasi. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof. Moh Bahzar, menegaskan bahwa lukisan tersebut murni digunakan sebagai alat peraga perkuliahan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, bukan propaganda ideologi terlarang.
Menurut Prof. Bahzar, lukisan itu merupakan bagian dari materi kuliah yang membahas konstelasi politik pada era Presiden Soekarno. Saat itu, ada sejumlah partai besar di Indonesia, termasuk PKI.
Untuk memudahkan pemahaman, mahasiswa membuat visualisasi berupa lukisan berbagai lambang partai, termasuk lambang PKI.
“Ini tidak ada hubungannya dengan penyebaran ideologi terlarang. Semua murni konteks akademik, karena mahasiswa sejarah memang wajib mempelajari peristiwa masa lalu secara objektif,” jelasnya dikutip dari Viva.
Pihak rektorat juga sudah memanggil program studi terkait untuk meminta keterangan. Hasilnya mengonfirmasi bahwa lukisan tersebut memang dibuat untuk kepentingan akademik semata. Meski begitu, lukisan bergambar PKI itu ditemukan bersamaan dengan operasi kepolisian yang juga menyita 27 bom molotov di salah satu gedung FKIP Unmul pada malam sebelum aksi demonstrasi yang dijadwalkan 1 September 2025.
Polisi bahkan telah mengidentifikasi empat mahasiswa sebagai terduga perakit bom molotov tersebut. Prof. Bahzar menegaskan bahwa kasus bom molotov sepenuhnya menjadi ranah aparat kepolisian.
Unmul menyerahkan penyidikan kepada pihak berwenang dan memastikan tidak ada keterkaitan antara lukisan PKI dengan aktivitas berbahaya tersebut. Unmul menekankan bahwa pembelajaran sejarah harus tetap berjalan sesuai kaidah keilmuan.
Mahasiswa diwajibkan memahami seluruh dinamika politik Indonesia, termasuk era Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi.
“Kami menjamin tidak ada gerakan terlarang di kampus. Lukisan itu semata-mata bagian dari proses belajar, agar mahasiswa lebih mudah memahami perjalanan sejarah bangsa,” tegas Prof. Bahzar.
Dengan klarifikasi ini, Unmul berharap publik tidak salah menafsirkan temuan lukisan tersebut. Pihak universitas berkomitmen menjaga kegiatan akademik tetap berjalan secara sehat, bebas dari muatan politik praktis maupun ideologi yang bertentangan dengan hukum