Belasan Titik Longsor Hantam Kaliangkrik Magelang, Akses Warga Lumpuh
- Pemkab Magelang
Longsor di Kaliangkrik Magelang timbulkan 11 titik kerusakan, menutup akses jalan dan rusak rumah warga. BPBD serta warga lakukan pembersihan manual tanpa alat berat
Viva, Banyumas - Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang mengguyur lereng Gunung Sumbing selama tiga hari terakhir memicu belasan titik longsor di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, tercatat sedikitnya 11 titik longsor yang berdampak langsung pada akses jalan maupun pemukiman warga. Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Kecamatan Kaliangkrik, Bagus Panuntun, menyampaikan bahwa longsor paling parah terjadi di Desa Prampelan dengan delapan titik longsor.
Selain itu, tiga titik longsor juga menimpa Desa Ngawonggo, sementara satu titik lain terjadi di Desa Mangli.
“Total 11 titik longsor, mayoritas menutup akses jalan. Satu rumah di Desa Prampelan terdampak pada bagian dapur,” jelas Bagus, Minggu (31/8) dikutip dari Pemkab Magelang.
Atas kejadian tersebut, satu keluarga terpaksa mengungsi sementara di rumah tetangga demi keselamatan. Selain menutup jalan desa, material longsor juga menimpa jaringan pipa air bersih sehingga mengganggu aktivitas warga sehari-hari.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Magelang, Cahyono Dwikartiputra atau Yoyok, menjelaskan bahwa proses pembersihan telah dilakukan sejak Sabtu (30/8) hingga Minggu (31/8). Namun, karena kondisi medan yang sulit, alat berat tidak dapat menjangkau lokasi.
“Pembersihan dilakukan secara manual oleh warga bersama personel BPBD. Jalan sempit dan licin membuat alat berat tidak bisa masuk,” ungkap Yoyok.
Selain mengirimkan tim TRC, BPBD juga menyalurkan bantuan logistik berupa makanan siap saji, air bersih, dan peralatan kebersihan untuk membantu warga terdampak.
Ia menambahkan bahwa koordinasi terus dilakukan dengan pemerintah desa setempat guna mempercepat proses pemulihan. Warga bersama aparat setempat kini bergotong royong menyingkirkan material longsor. Meski pembersihan berjalan lambat, akses darurat ke beberapa jalan desa sudah mulai terbuka.
BPBD mengimbau masyarakat agar tetap waspada, mengingat curah hujan masih berpotensi tinggi di wilayah lereng Gunung Sumbing.
“Cuaca masih cukup ekstrem. Kami mengingatkan warga yang tinggal di sekitar tebing dan lereng agar berhati-hati serta segera melapor jika melihat tanda-tanda longsor,” tutur Yoyok.
Hingga kini, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana longsor ini. Namun, dampak kerusakan yang ditimbulkan cukup signifikan terhadap infrastruktur dan aktivitas ekonomi warga.
Pemerintah daerah berjanji akan mempercepat proses perbaikan jalur air bersih dan akses jalan desa agar warga bisa kembali beraktivitas normal
Longsor di Kaliangkrik Magelang timbulkan 11 titik kerusakan, menutup akses jalan dan rusak rumah warga. BPBD serta warga lakukan pembersihan manual tanpa alat berat
Viva, Banyumas - Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang mengguyur lereng Gunung Sumbing selama tiga hari terakhir memicu belasan titik longsor di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, tercatat sedikitnya 11 titik longsor yang berdampak langsung pada akses jalan maupun pemukiman warga. Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Kecamatan Kaliangkrik, Bagus Panuntun, menyampaikan bahwa longsor paling parah terjadi di Desa Prampelan dengan delapan titik longsor.
Selain itu, tiga titik longsor juga menimpa Desa Ngawonggo, sementara satu titik lain terjadi di Desa Mangli.
“Total 11 titik longsor, mayoritas menutup akses jalan. Satu rumah di Desa Prampelan terdampak pada bagian dapur,” jelas Bagus, Minggu (31/8) dikutip dari Pemkab Magelang.
Atas kejadian tersebut, satu keluarga terpaksa mengungsi sementara di rumah tetangga demi keselamatan. Selain menutup jalan desa, material longsor juga menimpa jaringan pipa air bersih sehingga mengganggu aktivitas warga sehari-hari.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Magelang, Cahyono Dwikartiputra atau Yoyok, menjelaskan bahwa proses pembersihan telah dilakukan sejak Sabtu (30/8) hingga Minggu (31/8). Namun, karena kondisi medan yang sulit, alat berat tidak dapat menjangkau lokasi.
“Pembersihan dilakukan secara manual oleh warga bersama personel BPBD. Jalan sempit dan licin membuat alat berat tidak bisa masuk,” ungkap Yoyok.
Selain mengirimkan tim TRC, BPBD juga menyalurkan bantuan logistik berupa makanan siap saji, air bersih, dan peralatan kebersihan untuk membantu warga terdampak.
Ia menambahkan bahwa koordinasi terus dilakukan dengan pemerintah desa setempat guna mempercepat proses pemulihan. Warga bersama aparat setempat kini bergotong royong menyingkirkan material longsor. Meski pembersihan berjalan lambat, akses darurat ke beberapa jalan desa sudah mulai terbuka.
BPBD mengimbau masyarakat agar tetap waspada, mengingat curah hujan masih berpotensi tinggi di wilayah lereng Gunung Sumbing.
“Cuaca masih cukup ekstrem. Kami mengingatkan warga yang tinggal di sekitar tebing dan lereng agar berhati-hati serta segera melapor jika melihat tanda-tanda longsor,” tutur Yoyok.
Hingga kini, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana longsor ini. Namun, dampak kerusakan yang ditimbulkan cukup signifikan terhadap infrastruktur dan aktivitas ekonomi warga.
Pemerintah daerah berjanji akan mempercepat proses perbaikan jalur air bersih dan akses jalan desa agar warga bisa kembali beraktivitas normal