Inilah 3 Penyakit Arya Daru yang Dibongkar Keluarga, Bukan Depresi

Keluarga bantah Arya Daru depresi, ungkap penyakit serius
Sumber :
  • instagram @Tima Miroshnichenko

Viva, Banyumas - Misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, terus menjadi perhatian publik. Setelah 40 hari wafat dalam kondisi mengenaskan di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pihak keluarga akhirnya buka suara dan membantah narasi yang berkembang.

Polisi sebelumnya menyimpulkan Arya Daru meninggal karena bunuh diri. Hal itu dikaitkan dengan temuan sebuah email yang berisi dugaan niat mengakhiri hidup. Namun, pernyataan tersebut langsung dibantah keras oleh keluarga. Mereka menegaskan Arya tidak depresi, melainkan tengah berjuang melawan tiga penyakit serius.

Tiga Penyakit Arya Daru

Kuasa hukum keluarga, Dwi Librianto, mengungkapkan bahwa Arya menderita kolesterol selama 4–5 tahun terakhir. Selain itu, ia juga mengalami kista ginjal dan penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) yang memengaruhi aktivitas sehari-harinya.

“Daru sering mengalami kelelahan saat bekerja. Bahkan penyakit ini berdampak pada kehidupan rumah tangganya bersama sang istri,” jelas Dwi dikutip dari viva. Menurut keluarga, kondisi kesehatan Arya justru harus menjadi perhatian utama. Mereka menilai narasi bunuh diri tidak sesuai dengan fakta medis yang ada.

Kondisi Penemuan Jenazah

Arya ditemukan meninggal pada 8 Juli 2025 di kamar kosnya. Saat ditemukan, wajah dan kepala Arya dalam kondisi terbungkus plastik dan terlilit lakban kuning. Pemandangan ini sempat menimbulkan spekulasi publik tentang adanya unsur pidana atau dugaan pembunuhan. Namun, penyidik menyatakan tidak menemukan bukti keterlibatan orang lain.

Polisi menegaskan kematian Arya murni bunuh diri, meski tetap membuka peluang adanya bukti baru yang dapat mengubah arah penyelidikan.

Keluarga Tetap Menuntut Keadilan

Keluarga melalui kuasa hukum menekankan bahwa Arya bukanlah sosok yang depresi. Tiga penyakit yang dideritanya menjadi alasan kuat bahwa kondisi fisik Arya memang menurun, namun tidak lantas menjadi pemicu bunuh diri.

“Kami ingin publik tahu bahwa Daru sedang berjuang melawan penyakit, bukan masalah psikis. Maka, kami menolak kesimpulan yang menyebut ia mengakhiri hidupnya sendiri,” tegas Dwi.

Misteri yang Belum Usai

Hingga kini, kasus kematian Arya Daru Pangayunan masih menyisakan tanda tanya besar. Publik terus menunggu kepastian dari aparat penegak hukum.

Keluarga berharap penyelidikan tidak berhenti begitu saja, agar kebenaran bisa terungkap secara terang benderang. Kematian diplomat muda ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya transparansi investigasi dan perhatian terhadap kondisi kesehatan aparatur negara

Viva, Banyumas - Misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, terus menjadi perhatian publik. Setelah 40 hari wafat dalam kondisi mengenaskan di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pihak keluarga akhirnya buka suara dan membantah narasi yang berkembang.

Polisi sebelumnya menyimpulkan Arya Daru meninggal karena bunuh diri. Hal itu dikaitkan dengan temuan sebuah email yang berisi dugaan niat mengakhiri hidup. Namun, pernyataan tersebut langsung dibantah keras oleh keluarga. Mereka menegaskan Arya tidak depresi, melainkan tengah berjuang melawan tiga penyakit serius.

Tiga Penyakit Arya Daru

Kuasa hukum keluarga, Dwi Librianto, mengungkapkan bahwa Arya menderita kolesterol selama 4–5 tahun terakhir. Selain itu, ia juga mengalami kista ginjal dan penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) yang memengaruhi aktivitas sehari-harinya.

“Daru sering mengalami kelelahan saat bekerja. Bahkan penyakit ini berdampak pada kehidupan rumah tangganya bersama sang istri,” jelas Dwi dikutip dari viva. Menurut keluarga, kondisi kesehatan Arya justru harus menjadi perhatian utama. Mereka menilai narasi bunuh diri tidak sesuai dengan fakta medis yang ada.

Kondisi Penemuan Jenazah

Arya ditemukan meninggal pada 8 Juli 2025 di kamar kosnya. Saat ditemukan, wajah dan kepala Arya dalam kondisi terbungkus plastik dan terlilit lakban kuning. Pemandangan ini sempat menimbulkan spekulasi publik tentang adanya unsur pidana atau dugaan pembunuhan. Namun, penyidik menyatakan tidak menemukan bukti keterlibatan orang lain.

Polisi menegaskan kematian Arya murni bunuh diri, meski tetap membuka peluang adanya bukti baru yang dapat mengubah arah penyelidikan.

Keluarga Tetap Menuntut Keadilan

Keluarga melalui kuasa hukum menekankan bahwa Arya bukanlah sosok yang depresi. Tiga penyakit yang dideritanya menjadi alasan kuat bahwa kondisi fisik Arya memang menurun, namun tidak lantas menjadi pemicu bunuh diri.

“Kami ingin publik tahu bahwa Daru sedang berjuang melawan penyakit, bukan masalah psikis. Maka, kami menolak kesimpulan yang menyebut ia mengakhiri hidupnya sendiri,” tegas Dwi.

Misteri yang Belum Usai

Hingga kini, kasus kematian Arya Daru Pangayunan masih menyisakan tanda tanya besar. Publik terus menunggu kepastian dari aparat penegak hukum.

Keluarga berharap penyelidikan tidak berhenti begitu saja, agar kebenaran bisa terungkap secara terang benderang. Kematian diplomat muda ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya transparansi investigasi dan perhatian terhadap kondisi kesehatan aparatur negara