Kisah Pasangan di Lereng Merapi Magelang Sukses Bertani Organik dan Raup Keuntungan Tinggi

Pasangan petani organik sukses di lereng Gunung Merapi
Sumber :

Viva, Banyumas - Di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, sepasang suami istri, Tinan Prasetyo dan Ermina Haridesta, berhasil membuktikan bahwa pertanian organik bisa menjadi jalan hidup yang menguntungkan. Meninggalkan bisnis konveksi di Jakarta, mereka memilih menekuni dunia pertanian yang lebih ramah lingkungan, murah biayanya, sekaligus menyehatkan hasilnya.

Dari Konveksi ke Pertanian Organik

Keputusan untuk beralih dari dunia bisnis ke pertanian organik tidak datang dengan mudah. Tinan dan Ermina mengaku harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari serangan hama, perubahan cuaca, hingga kesulitan menjual hasil panen pada awalnya. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.

Sejak lima tahun terakhir, keduanya memanfaatkan lahan sawah di Dusun Trasan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung. Dengan sistem tumpangsari, mereka menanam berbagai komoditas seperti cabai, semangka, terong, hingga padi jenis mentik wangi susu yang kini banyak disukai konsumen karena rasanya lebih enak dibanding beras non organik. 

Hasil Lebih Tinggi dan Lebih Sehat

Menurut Ermina, hasil pertanian organik lebih menjanjikan. Selain tahan hama, harga jual produk organik jauh lebih tinggi. Untuk beras organik, selisih harganya bisa mencapai Rp4.000 per kilogram dibanding beras non organik.

Produk panen mereka kini dipasarkan ke berbagai daerah, termasuk Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Klaten. Konsumen setia mengaku menyukai rasa dan kualitas beras organik, sehingga permintaan terus meningkat.

Selain menghasilkan keuntungan, Tinan dan Ermina juga bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara mandiri. Mereka menikmati hasil panen berupa beras, sayuran, hingga buah organik yang menambah kualitas hidup dan kesehatan keluarga.

Pertanian Murah dan Mudah

Tinan menegaskan bahwa salah satu alasan memilih pertanian organik adalah karena biaya produksinya jauh lebih rendah. Jika dibandingkan dengan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik bisa menekan pengeluaran secara signifikan. Bahkan, bahan pupuk bisa didapat dari lingkungan sekitar secara gratis.

“Selain murah, pertanian organik mudah diterapkan, hasilnya pun lebih baik,” ungkap Tinan dikutip dari Pemkab Magelang.

Menularkan Ilmu ke Petani Lain

Kesuksesan yang diraih tidak membuat mereka berhenti di situ. Tinan dan Ermina aktif membagikan pengalaman kepada petani lain di sekitar wilayah Magelang. Mereka sering menghadiri pertemuan petani untuk berbagi ilmu tentang manfaat dan teknik bertani organik.

Harapan mereka sederhana, agar semakin banyak petani di sekitar lereng Merapi mau beralih ke pertanian organik. Meski mengubah pola pikir tidak mudah, Tinan percaya bahwa hasil nyata akan mampu mendorong lebih banyak orang mengikuti jejak mereka

Viva, Banyumas - Di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, sepasang suami istri, Tinan Prasetyo dan Ermina Haridesta, berhasil membuktikan bahwa pertanian organik bisa menjadi jalan hidup yang menguntungkan. Meninggalkan bisnis konveksi di Jakarta, mereka memilih menekuni dunia pertanian yang lebih ramah lingkungan, murah biayanya, sekaligus menyehatkan hasilnya.

Dari Konveksi ke Pertanian Organik

Keputusan untuk beralih dari dunia bisnis ke pertanian organik tidak datang dengan mudah. Tinan dan Ermina mengaku harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari serangan hama, perubahan cuaca, hingga kesulitan menjual hasil panen pada awalnya. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.

Sejak lima tahun terakhir, keduanya memanfaatkan lahan sawah di Dusun Trasan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung. Dengan sistem tumpangsari, mereka menanam berbagai komoditas seperti cabai, semangka, terong, hingga padi jenis mentik wangi susu yang kini banyak disukai konsumen karena rasanya lebih enak dibanding beras non organik. 

Hasil Lebih Tinggi dan Lebih Sehat

Menurut Ermina, hasil pertanian organik lebih menjanjikan. Selain tahan hama, harga jual produk organik jauh lebih tinggi. Untuk beras organik, selisih harganya bisa mencapai Rp4.000 per kilogram dibanding beras non organik.

Produk panen mereka kini dipasarkan ke berbagai daerah, termasuk Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Klaten. Konsumen setia mengaku menyukai rasa dan kualitas beras organik, sehingga permintaan terus meningkat.

Selain menghasilkan keuntungan, Tinan dan Ermina juga bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara mandiri. Mereka menikmati hasil panen berupa beras, sayuran, hingga buah organik yang menambah kualitas hidup dan kesehatan keluarga.

Pertanian Murah dan Mudah

Tinan menegaskan bahwa salah satu alasan memilih pertanian organik adalah karena biaya produksinya jauh lebih rendah. Jika dibandingkan dengan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik bisa menekan pengeluaran secara signifikan. Bahkan, bahan pupuk bisa didapat dari lingkungan sekitar secara gratis.

“Selain murah, pertanian organik mudah diterapkan, hasilnya pun lebih baik,” ungkap Tinan dikutip dari Pemkab Magelang.

Menularkan Ilmu ke Petani Lain

Kesuksesan yang diraih tidak membuat mereka berhenti di situ. Tinan dan Ermina aktif membagikan pengalaman kepada petani lain di sekitar wilayah Magelang. Mereka sering menghadiri pertemuan petani untuk berbagi ilmu tentang manfaat dan teknik bertani organik.

Harapan mereka sederhana, agar semakin banyak petani di sekitar lereng Merapi mau beralih ke pertanian organik. Meski mengubah pola pikir tidak mudah, Tinan percaya bahwa hasil nyata akan mampu mendorong lebih banyak orang mengikuti jejak mereka