Rahasia Taktik AS! Integrasi Jet Tempur Siluman F-35A dengan Drone C100 Buka Era Baru Peperangan Udara?

Jet tempur F-35A Lightning II
Sumber :
  • eurasiantimes.com

VIVA, Banyumas – Jet tempur selalu menjadi simbol kekuatan militer dan kecanggihan teknologi pertahanan. Seiring perkembangan zaman, penggunaannya tidak lagi berdiri sendiri.

Kini, jet tempur generasi kelima seperti F-35A Lightning II dipadukan dengan drone taktis seperti C100, menciptakan sebuah ekosistem peperangan udara baru yang lebih presisi, efisien, sekaligus minim risiko bagi pilot manusia.

Dalam sebuah demonstrasi yang digelar pada Juli lalu, Performance Drone Works (PDW) bersama Departemen Pertahanan Amerika Serikat memamerkan konsep peperangan udara generasi berikutnya. Jet tempur siluman F-35A Lightning II bekerja sama dengan drone PDW C100 dalam melakukan serangan presisi terhadap target darat.

C100 yang dilengkapi dengan Leonardo STAG5 Laser Target Designator berperan sebagai penanda target dari jarak aman.

Drone tersebut menerangi sasaran dengan laser, sementara jet tempur F-35A melepaskan empat bom presisi GBU-12 Paveway II berbobot 220 kg. Hasilnya, seluruh bom mengenai target secara akurat.

Konsep ini memungkinkan F-35A untuk tetap berada di ketinggian aman tanpa harus turun mendekati area berbahaya, sehingga risiko kerugian pesawat berbiaya tinggi dan nyawa pilot dapat ditekan secara signifikan.

Integrasi jet tempur berawak dengan drone seperti C100 bukanlah hal yang sepenuhnya baru, namun pendekatan ini berbeda dengan konsep Loyal Wingman.

Drone Loyal Wingman biasanya dikendalikan oleh pesawat berawak untuk misi pendukung. Sementara itu, C100 dikendalikan dari jarak jauh oleh operator darat, memberi fleksibilitas lebih dalam pelaksanaan misi.

Kedua konsep sama-sama bertujuan untuk:

  • Memaksimalkan efektivitas jet tempur berawak.
  • Mengurangi risiko pada pilot manusia.
  • Menciptakan sistem pertempuran udara berjaringan yang hemat biaya.

Dengan strategi ini, peperangan modern bergerak menuju integrasi multi-domain, di mana jet tempur siluman fokus pada pelepasan amunisi jarak jauh, sedangkan peran berisiko tinggi seperti pengintaian, akuisisi target, hingga peperangan elektronik dilakukan drone.

Drone PDW C100 sendiri dirancang sebagai quadcopter angkat berat dengan daya tahan hingga 74 menit terbang. Dengan berat muatan maksimal 21,4 pon (sekitar 9,7 kg) dan berbagai sensor kelas militer, C100 terbukti tangguh dalam misi militer.

Bahkan, pada Desember 2024, PDW menerima kontrak lebih dari US$15,3 juta (sekitar Rp236 miliar) untuk pengadaan sistem udara tak berawak C100 bagi Angkatan Darat AS. Nilai tersebut menunjukkan betapa pentingnya drone ini dalam doktrin peperangan masa depan.

Integrasi jet tempur F-35A dengan drone C100 mencerminkan perubahan besar dalam doktrin militer modern.

Kini, perang udara tidak hanya mengandalkan keunggulan siluman dan manuver jet tempur, tetapi juga sinergi dengan drone berbiaya rendah yang mampu mengambil alih tugas berisiko tinggi.