Watak Tersembunyi Jumat Pahing: Manis Bicara, Tapi Boros Uang!

Weton Jumat Pahing, Ramah tapi suka boros
Sumber :
  • pexel @maitree rimthong

Viva, Banyumas - Dalam Primbon Jawa, weton Jumat Pahing memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari pemilik weton lainnya. Dengan jumlah neptu 15 (hari Jumat = 6, pasaran Pahing = 9), orang yang lahir pada Jumat Pahing berada di bawah naungan lakuning bayi “kami carane manis, akeh maklume, asor.”

Ini menggambarkan kepribadian yang lembut, mudah memaklumi kesalahan orang lain, dan tidak suka menyulut konflik.

Watak dasar dari pemilik weton ini sangat menawan. Mereka dikenal ramah, tutur katanya halus, dan suka mengalah, terutama saat terjadi perselisihan. Kemampuan komunikasi yang baik ini sering membuat mereka disukai banyak orang, baik di lingkungan keluarga maupun pekerjaan.

Namun, di balik kelembutan tersebut, terdapat sisi lain yang sering luput dari perhatian: kebiasaan boros. Primbon Jawa menyebutkan bahwa Jumat Pahing memiliki watak “sandang pangan tibo silit,” yang secara sederhana berarti kurang pandai dalam mengelola uang. Mereka cenderung impulsif dalam belanja, sulit menabung, dan tidak memikirkan jangka panjang dalam pengeluaran.

Selain itu dikutip dari akun Youtube Sabdaning Ratu, orang berweton ini juga doyan makan, bukan sekadar suka makan enak, tetapi benar-benar menjadikan makanan sebagai pelarian emosi atau cara memanjakan diri.

Kombinasi antara doyan makan dan boros membuat mereka harus sangat berhati-hati dalam mengelola keuangan, terutama jika tidak memiliki pendamping hidup yang bisa mengimbangi.

Dalam hal rezeki, weton Jumat Pahing disebut akan mencapai puncak kejayaan di usia 30, 60, dan 66 tahun. Pada usia-usia tersebut, keberuntungan dan kelimpahan finansial akan menghampiri. Namun, periode usia 12, 42, dan 78 tahun justru rawan kemunduran ekonomi.

Oleh karena itu, penting bagi pemilik weton ini untuk menabung saat sedang berada di puncak keberhasilan. Weton ini juga disarankan melakukan ruwatan atau ritual penyucian sejak kecil, agar terhindar dari kesialan yang bisa memengaruhi karier, cinta, dan finansial.

Selamatan dengan nasi uduk dan doa Nabi Ibrahim disebut sebagai cara untuk menolak bala dan memperkuat perlindungan spiritual

Viva, Banyumas - Dalam Primbon Jawa, weton Jumat Pahing memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari pemilik weton lainnya. Dengan jumlah neptu 15 (hari Jumat = 6, pasaran Pahing = 9), orang yang lahir pada Jumat Pahing berada di bawah naungan lakuning bayi “kami carane manis, akeh maklume, asor.”

Ini menggambarkan kepribadian yang lembut, mudah memaklumi kesalahan orang lain, dan tidak suka menyulut konflik.

Watak dasar dari pemilik weton ini sangat menawan. Mereka dikenal ramah, tutur katanya halus, dan suka mengalah, terutama saat terjadi perselisihan. Kemampuan komunikasi yang baik ini sering membuat mereka disukai banyak orang, baik di lingkungan keluarga maupun pekerjaan.

Namun, di balik kelembutan tersebut, terdapat sisi lain yang sering luput dari perhatian: kebiasaan boros. Primbon Jawa menyebutkan bahwa Jumat Pahing memiliki watak “sandang pangan tibo silit,” yang secara sederhana berarti kurang pandai dalam mengelola uang. Mereka cenderung impulsif dalam belanja, sulit menabung, dan tidak memikirkan jangka panjang dalam pengeluaran.

Selain itu dikutip dari akun Youtube Sabdaning Ratu, orang berweton ini juga doyan makan, bukan sekadar suka makan enak, tetapi benar-benar menjadikan makanan sebagai pelarian emosi atau cara memanjakan diri.

Kombinasi antara doyan makan dan boros membuat mereka harus sangat berhati-hati dalam mengelola keuangan, terutama jika tidak memiliki pendamping hidup yang bisa mengimbangi.

Dalam hal rezeki, weton Jumat Pahing disebut akan mencapai puncak kejayaan di usia 30, 60, dan 66 tahun. Pada usia-usia tersebut, keberuntungan dan kelimpahan finansial akan menghampiri. Namun, periode usia 12, 42, dan 78 tahun justru rawan kemunduran ekonomi.

Oleh karena itu, penting bagi pemilik weton ini untuk menabung saat sedang berada di puncak keberhasilan. Weton ini juga disarankan melakukan ruwatan atau ritual penyucian sejak kecil, agar terhindar dari kesialan yang bisa memengaruhi karier, cinta, dan finansial.

Selamatan dengan nasi uduk dan doa Nabi Ibrahim disebut sebagai cara untuk menolak bala dan memperkuat perlindungan spiritual