APBN Jebol Rp 204 Triliun! Sri Mulyani Ungkap Biang Kerok Defisit Semester I 2025

Sri Mulyani jelaskan defisit APBN Semester I 2025
Sumber :
  • Instagram @smindrawati

Viva, Banyumas - Menteri Keuangan Sri Mulyani resmi ungkap bahwa APBN Semester I 2025 mengalami defisit yang cukup dalam hingga jebol sebesar Rp 204 triliun. Menurutnya, biang kerok utama dari defisit ini adalah ketimpangan pendapatan dan belanja negara yang melebar signifikan.

Kondisi APBN yang jebol di Semester I 2025 membuat Sri Mulyani kembali ungkap rincian penyebab defisit sebesar Rp 204 triliun. Ia menyebut biang kerok dari defisit tersebut yang dikutip dari laman Viva.

Menurut catatan pemerintah, APBN Semester I 2025 yang mengalami defisit hingga Rp 204 triliun memperlihatkan bahwa keuangan negara sedang jebol cukup dalam. Sri Mulyani secara gamblang ungkap bahwa biang kerok utama defisit APBN Indonesia di Semester I ini.

Menurut Sri Mulyani, faktor utama penyebab defisit ini adalah kontraksi tajam pada penerimaan pajak yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2025.

Meski demikian, ia optimis akan terjadi pemulihan penerimaan negara di semester kedua tahun ini.

Realisasi pendapatan negara di semester I-2025 tercatat sebesar Rp 1.201,8 triliun, atau baru 40 persen dari target APBN 2025 yang dipatok sebesar Rp 3.005,1 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 1.320,7 triliun.

Jika dirinci lebih lanjut, penerimaan perpajakan hanya mencapai Rp 978,3 triliun atau 39,3 persen dari target tahunan, sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 222,9 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 1.406,0 triliun atau 38,8 persen dari total target Rp 3.621,3 triliun. Ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.003,6 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 402,5 triliun.

Kondisi ini menunjukkan tekanan yang semakin berat terhadap keseimbangan fiskal.

Namun demikian, Sri Mulyani menyampaikan bahwa defisit ini masih dalam batas wajar dan pengelolaan APBN tetap diarahkan secara hati-hati untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Dengan berbagai strategi pemulihan dan dorongan reformasi perpajakan, pemerintah berharap pendapatan negara bisa meningkat di semester II sehingga defisit tidak terus melebar

Viva, Banyumas - Menteri Keuangan Sri Mulyani resmi ungkap bahwa APBN Semester I 2025 mengalami defisit yang cukup dalam hingga jebol sebesar Rp 204 triliun. Menurutnya, biang kerok utama dari defisit ini adalah ketimpangan pendapatan dan belanja negara yang melebar signifikan.

Kondisi APBN yang jebol di Semester I 2025 membuat Sri Mulyani kembali ungkap rincian penyebab defisit sebesar Rp 204 triliun. Ia menyebut biang kerok dari defisit tersebut yang dikutip dari laman Viva.

Menurut catatan pemerintah, APBN Semester I 2025 yang mengalami defisit hingga Rp 204 triliun memperlihatkan bahwa keuangan negara sedang jebol cukup dalam. Sri Mulyani secara gamblang ungkap bahwa biang kerok utama defisit APBN Indonesia di Semester I ini.

Menurut Sri Mulyani, faktor utama penyebab defisit ini adalah kontraksi tajam pada penerimaan pajak yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2025.

Meski demikian, ia optimis akan terjadi pemulihan penerimaan negara di semester kedua tahun ini.

Realisasi pendapatan negara di semester I-2025 tercatat sebesar Rp 1.201,8 triliun, atau baru 40 persen dari target APBN 2025 yang dipatok sebesar Rp 3.005,1 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp 1.320,7 triliun.

Jika dirinci lebih lanjut, penerimaan perpajakan hanya mencapai Rp 978,3 triliun atau 39,3 persen dari target tahunan, sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 222,9 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 1.406,0 triliun atau 38,8 persen dari total target Rp 3.621,3 triliun. Ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.003,6 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 402,5 triliun.

Kondisi ini menunjukkan tekanan yang semakin berat terhadap keseimbangan fiskal.

Namun demikian, Sri Mulyani menyampaikan bahwa defisit ini masih dalam batas wajar dan pengelolaan APBN tetap diarahkan secara hati-hati untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Dengan berbagai strategi pemulihan dan dorongan reformasi perpajakan, pemerintah berharap pendapatan negara bisa meningkat di semester II sehingga defisit tidak terus melebar