Malam 1 Suro Jatuh di Jumat Kliwon, Ini Pantangan yang Wajib Dihindari!

Ilustrasi Warga berdoa saat malam 1 Suro Jumat Kliwon
Sumber :
  • pexel @pixabay

Viva, Banyumas - Malam 1 Suro yang bertepatan dengan Jumat Kliwon menjadi momen paling sakral dalam kalender Jawa. Kombinasi dua waktu penuh makna spiritual ini dipercaya menyimpan energi mistis luar biasa yang tidak boleh diabaikan.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam ini adalah titik puncak aktivitas gaib dan waktu terbaik untuk melakukan ritual pembersihan diri, tirakat, hingga meditasi spiritual. Namun di balik kesakralan itu, ada sejumlah pantangan yang secara turun-temurun diyakini wajib dihindari.

Pantangan ini bukan sekadar mitos, tetapi dipercaya sebagai bentuk perlindungan dari gangguan makhluk halus atau energi negatif yang sedang berkeliaran di malam tersebut. Salah satu pantangan utama adalah tidak bepergian saat malam hari, khususnya ke tempat sunyi seperti hutan, kuburan, atau sungai.

Masyarakat percaya bahwa lokasi-lokasi tersebut menjadi titik kumpul kekuatan gaib. Mereka yang nekat keluar rumah bisa saja mengalami kesurupan, kesialan, bahkan hilang secara misterius. Pantangan kedua, tidak menggelar pesta atau perayaan, termasuk pernikahan.

Malam 1 Suro dan Jumat Kliwon dianggap bukan waktu baik untuk bersuka cita. Sebaliknya, ini adalah momen untuk introspeksi, berdiam, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Selanjutnya, masyarakat juga diimbau tidak memancing atau mencari nafkah di laut.

Konon, laut dan air merupakan gerbang dunia gaib yang terbuka lebar saat malam ini. Banyak kisah mistis muncul dari mereka yang melanggar pantangan ini, mulai dari perahu terbalik hingga hilang ditelan gelombang tanpa jejak.

Pantangan lainnya yang sering dipegang teguh adalah tidak memotong rambut atau kuku.

Diyakini, tindakan ini bisa mengganggu keseimbangan energi tubuh, yang justru sedang rawan terserap oleh kekuatan tak kasatmata. Sebagai gantinya, masyarakat Jawa biasanya melakukan ritual tolak bala, seperti tahlilan, doa bersama, atau menyucikan benda pusaka.

Semua ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan diri di malam penuh energi ini.

Dengan memahami dan menghormati pantangan tersebut, masyarakat percaya bisa terhindar dari gangguan gaib dan diberkahi keselamatan sepanjang tahun baru Jawa

Viva, Banyumas - Malam 1 Suro yang bertepatan dengan Jumat Kliwon menjadi momen paling sakral dalam kalender Jawa. Kombinasi dua waktu penuh makna spiritual ini dipercaya menyimpan energi mistis luar biasa yang tidak boleh diabaikan.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam ini adalah titik puncak aktivitas gaib dan waktu terbaik untuk melakukan ritual pembersihan diri, tirakat, hingga meditasi spiritual. Namun di balik kesakralan itu, ada sejumlah pantangan yang secara turun-temurun diyakini wajib dihindari.

Pantangan ini bukan sekadar mitos, tetapi dipercaya sebagai bentuk perlindungan dari gangguan makhluk halus atau energi negatif yang sedang berkeliaran di malam tersebut. Salah satu pantangan utama adalah tidak bepergian saat malam hari, khususnya ke tempat sunyi seperti hutan, kuburan, atau sungai.

Masyarakat percaya bahwa lokasi-lokasi tersebut menjadi titik kumpul kekuatan gaib. Mereka yang nekat keluar rumah bisa saja mengalami kesurupan, kesialan, bahkan hilang secara misterius. Pantangan kedua, tidak menggelar pesta atau perayaan, termasuk pernikahan.

Malam 1 Suro dan Jumat Kliwon dianggap bukan waktu baik untuk bersuka cita. Sebaliknya, ini adalah momen untuk introspeksi, berdiam, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Selanjutnya, masyarakat juga diimbau tidak memancing atau mencari nafkah di laut.

Konon, laut dan air merupakan gerbang dunia gaib yang terbuka lebar saat malam ini. Banyak kisah mistis muncul dari mereka yang melanggar pantangan ini, mulai dari perahu terbalik hingga hilang ditelan gelombang tanpa jejak.

Pantangan lainnya yang sering dipegang teguh adalah tidak memotong rambut atau kuku.

Diyakini, tindakan ini bisa mengganggu keseimbangan energi tubuh, yang justru sedang rawan terserap oleh kekuatan tak kasatmata. Sebagai gantinya, masyarakat Jawa biasanya melakukan ritual tolak bala, seperti tahlilan, doa bersama, atau menyucikan benda pusaka.

Semua ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan diri di malam penuh energi ini.

Dengan memahami dan menghormati pantangan tersebut, masyarakat percaya bisa terhindar dari gangguan gaib dan diberkahi keselamatan sepanjang tahun baru Jawa