Malam 1 Sura: Tradisi, Aura Mistis, dan Misteri yang Tak Terjelaskan

Ilustrasi Malam 1 Sura Penuh Aura Mistis
Sumber :
  • pexel @Rakicevic Nenad

Viva, Banyumas - Malam 1 Sura, yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah, bukanlah malam biasa bagi sebagian masyarakat Jawa. Malam ini dipercaya sebagai saat di mana tabir antara dunia nyata dan alam gaib menjadi paling tipis.

Di berbagai daerah, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta, malam 1 Sura dipenuhi dengan suasana mistis, hening, dan ritual yang sarat makna spiritual. Aura mistis malam 1 Sura terasa sejak sore hari.

Banyak rumah yang menutup pintu lebih awal, bahkan beberapa warga memilih tidak menyalakan lampu terang atau keluar rumah setelah magrib. Konon, malam ini menjadi "pesta gaib" bagi para makhluk halus.

Dari cerita yang beredar turun-temurun, makhluk tak kasatmata seperti genderuwo, wewe gombel, hingga jin penunggu hutan dipercaya berkeliaran lebih bebas di malam tersebut.

Tak jarang pula ada yang mendengar suara aneh, seperti gamelan gaib atau suara tangisan di kejauhan, padahal tak ada siapa-siapa. Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, malam 1 Sura diperingati dengan kirab pusaka — prosesi sakral yang mengarak benda-benda bertuah peninggalan leluhur.

Tidak hanya pusaka, kerbau putih (Kyai Slamet) pun ikut dalam kirab sebagai simbol kebersihan batin dan penjaga harmoni alam. Banyak orang yang datang dari jauh hanya untuk ikut dalam prosesi ini, percaya bahwa berada dekat dengan pusaka keraton pada malam 1 Sura bisa membawa keberkahan — atau bahkan membuka “mata batin.”

Dilansir dari berbagai informasi di Instagram, Beberapa tempat keramat seperti Pantai Selatan (Parangtritis), Gunung Lawu, dan Sendangsono pun menjadi lokasi tirakat bagi para spiritualis.

Mereka bermeditasi atau tapa bisu sepanjang malam. Tidak berbicara, tidak makan, hanya menyatu dengan alam dan sunyi. Konon, di tempat-tempat ini sering muncul penampakan makhluk gaib atau aroma bunga misterius tanpa wujud yang jelas.

Ada pula mitos bahwa malam 1 Sura adalah malam “penghitungan” umur oleh makhluk halus. Mereka yang lengah atau tidak menjaga diri bisa menjadi korban gangguan gaib, bahkan dalam cerita-cerita tua, ada yang dikisahkan hilang saat malam 1 Sura dan tak pernah ditemukan kembali.

Meski zaman sudah modern, kepercayaan terhadap mistisnya malam 1 Sura masih bertahan. Ia menjadi titik perenungan, waktu untuk menyucikan diri, sekaligus malam penuh teka-teki yang tak bisa dijelaskan logika.

Apakah ini hanya mitos? Atau memang ada sesuatu yang berjalan diam-diam dalam gelap malam?

Viva, Banyumas - Malam 1 Sura, yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah, bukanlah malam biasa bagi sebagian masyarakat Jawa. Malam ini dipercaya sebagai saat di mana tabir antara dunia nyata dan alam gaib menjadi paling tipis.

Di berbagai daerah, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta, malam 1 Sura dipenuhi dengan suasana mistis, hening, dan ritual yang sarat makna spiritual. Aura mistis malam 1 Sura terasa sejak sore hari.

Banyak rumah yang menutup pintu lebih awal, bahkan beberapa warga memilih tidak menyalakan lampu terang atau keluar rumah setelah magrib. Konon, malam ini menjadi "pesta gaib" bagi para makhluk halus.

Dari cerita yang beredar turun-temurun, makhluk tak kasatmata seperti genderuwo, wewe gombel, hingga jin penunggu hutan dipercaya berkeliaran lebih bebas di malam tersebut.

Tak jarang pula ada yang mendengar suara aneh, seperti gamelan gaib atau suara tangisan di kejauhan, padahal tak ada siapa-siapa. Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, malam 1 Sura diperingati dengan kirab pusaka — prosesi sakral yang mengarak benda-benda bertuah peninggalan leluhur.

Tidak hanya pusaka, kerbau putih (Kyai Slamet) pun ikut dalam kirab sebagai simbol kebersihan batin dan penjaga harmoni alam. Banyak orang yang datang dari jauh hanya untuk ikut dalam prosesi ini, percaya bahwa berada dekat dengan pusaka keraton pada malam 1 Sura bisa membawa keberkahan — atau bahkan membuka “mata batin.”

Dilansir dari berbagai informasi di Instagram, Beberapa tempat keramat seperti Pantai Selatan (Parangtritis), Gunung Lawu, dan Sendangsono pun menjadi lokasi tirakat bagi para spiritualis.

Mereka bermeditasi atau tapa bisu sepanjang malam. Tidak berbicara, tidak makan, hanya menyatu dengan alam dan sunyi. Konon, di tempat-tempat ini sering muncul penampakan makhluk gaib atau aroma bunga misterius tanpa wujud yang jelas.

Ada pula mitos bahwa malam 1 Sura adalah malam “penghitungan” umur oleh makhluk halus. Mereka yang lengah atau tidak menjaga diri bisa menjadi korban gangguan gaib, bahkan dalam cerita-cerita tua, ada yang dikisahkan hilang saat malam 1 Sura dan tak pernah ditemukan kembali.

Meski zaman sudah modern, kepercayaan terhadap mistisnya malam 1 Sura masih bertahan. Ia menjadi titik perenungan, waktu untuk menyucikan diri, sekaligus malam penuh teka-teki yang tak bisa dijelaskan logika.

Apakah ini hanya mitos? Atau memang ada sesuatu yang berjalan diam-diam dalam gelap malam?