Dari Jurang ke Helikopter: Tahapan Pemindahan Jenazah Juliana Marins Usai Proses Evakuasi di Rinjani

Ilustrasi Evakuasi jenazah Juliana oleh tim SAR di Gunung Rinjani.
Sumber :
  • instagram @humas_basarnas_mataram

Viva, Banyumas - Proses pemindahan jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil berusia 27 tahun, menjadi bagian dari salah satu tahapan evakuasi paling ekstrem yang pernah dilakukan tim SAR di Gunung Rinjani. Ia ditemukan meninggal dunia di dasar jurang Rinjani dengan kedalaman sekitar 600 meter setelah sebelumnya dilaporkan terjatuh saat mendaki.

Penemuan ini terjadi setelah pencarian intensif oleh tim gabungan yang menyisir area berbahaya di sekitar lokasi kejadian. Usai evakuasi dari titik jatuhnya, tahapan selanjutnya adalah pemindahan jenazah Juliana Marins ke lokasi yang lebih aman. Tim SAR harus menuruni jalur curam dan berbatu untuk membawa jenazah ke permukaan.

Perjalanan dilakukan secara hati-hati menggunakan tandu khusus, mengingat kondisi medan yang licin dan visibilitas yang sempat terganggu akibat cuaca buruk. Setelah mencapai Posko Sembalun, jenazah disiapkan untuk dipindahkan ke rumah sakit.

Pada tahap akhir, helikopter dikerahkan untuk mempercepat proses evakuasi medis dari Posko Sembalun ke RS Bhayangkara Polda NTB. Langkah ini menjadi penting dalam tahapan akhir pemindahan jenazah Juliana Marins agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut sebelum dipulangkan ke negara asalnya.

Proses tersebut dilakukan dengan pengawasan ketat oleh tim medis dan aparat yang bertugas di lapangan. Dikutip dari laman Viva, Setelah penemuan awal, personel SAR langsung membungkus jenazah dengan peralatan khusus.

Evakuasi dari titik terakhir tempat Juliana terlihat (Last Known Position) tak bisa langsung dilakukan karena cuaca ekstrem dan visibilitas rendah. Tim SAR memutuskan melakukan flying camp—mendirikan perkemahan darurat di dua titik berbeda untuk menyusun strategi pemindahan jenazah secara aman.

Setelah kondisi memungkinkan, jenazah diangkat secara hati-hati ke permukaan melalui jalur yang sangat terjal. Proses ini membutuhkan tenaga ekstra dan koordinasi tinggi karena medan berbatu dan licin. Setelah sampai di permukaan, jenazah kemudian ditandu menyusuri jalur pendakian menuju Posko Sembalun. Rute ini memakan waktu berjam-jam karena harus menjaga kestabilan tubuh korban dan keamanan personel.