20 Tahun Hidup di Air Rob, Warga Demak Hanya Ingin Satu: Tanggul Itu Cepat Selesai!

Warga Demak hidup di tengah rob menanti tanggul selesai
Sumber :
  • Pemprov Jateng

Viva, Banyumas - Selama lebih dari 20 tahun, warga Demak khususnya di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, harus hidup dalam kondisi yang memprihatinkan akibat genangan air rob yang terus menghantui pemukiman mereka.

Setiap hari, air pasang laut menyusup ke rumah-rumah tanpa ampun, mengubah hunian menjadi kolam. Dalam keterbatasan dan keputusasaan, warga hanya bisa bertahan sambil menggantungkan harapan pada proyek tanggul laut raksasa yang diharapkan cepat selesai.

Menghadapi kenyataan pahit selama 20 tahun, hidup dalam genangan air rob bukanlah pilihan, melainkan keterpaksaan bagi banyak warga Demak. Mereka sadar, hanya pembangunan tanggul yang bisa memberikan perlindungan jangka panjang dari rob yang semakin parah.

Maka dari itu, masyarakat terus berharap agar pengerjaan proyek tersebut bisa cepat selesai, membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka yang telah terlalu lama basah oleh penderitaan.

Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun, warga Demak telah mencoba berbagai cara untuk tetap hidup di tengah derasnya air rob, mulai dari meninggikan rumah hingga mengungsi ke tempat lebih tinggi.

Namun semua itu bersifat sementara. Kini, satu-satunya solusi nyata yang mereka nantikan adalah rampungnya proyek tanggul laut.

Harapannya, pembangunan ini dapat cepat selesai, agar mereka bisa kembali menjalani hidup normal tanpa takut tenggelam setiap kali laut pasang datang. Salah satu warga, Zamroni (50), mengungkapkan betapa masyarakat sudah terbiasa hidup dalam genangan.

Bahkan sebagian dari mereka, termasuk dirinya, harus meninggalkan rumah yang tenggelam dan berpindah ke lahan milik BBWS hanya untuk bisa bertahan.

“Kami sudah tidak bisa bedakan mana rumah mana kolam. Tapi harapan kami tetap hidup: semoga tanggul laut ini cepat selesai,” ujarnya lirih dilansir dari Pemprov Jateng pada 25 Juni 2025.

Di sisi lain, kisah Mbah Sumaerah (70) juga mencerminkan penderitaan panjang yang belum usai. Bersama anak, menantu, dan dua cucunya, ia tinggal di rumah panggung yang setiap hari tergenang rob setinggi perut orang dewasa.

Untuk masuk ke rumah pun, orang harus meniti papan kayu agar tidak tercebur. Kondisi ini jelas tidak layak untuk ditinggali, apalagi untuk membesarkan anak-anak. Namun apa daya, untuk pindah saja mereka tak punya biaya. Pembangunan giant sea wall menjadi satu-satunya solusi jangka panjang yang diyakini warga akan mengakhiri derita ini.

Mereka paham bahwa penyedotan air atau pengerukan sungai hanya bersifat sementara. Maka tak heran jika warga seperti Zamroni dan Mbah Sumaerah menggantungkan seluruh asa mereka pada proyek tanggul tersebut.

Warga Demak berharap pemerintah tidak menunda penyelesaian tanggul laut. Mereka ingin masa depan anak cucu bisa terbebas dari penderitaan puluhan tahun yang mereka alami.

“Kami tidak ingin cucu-cucu kami tidur di atas genangan rob seperti kami. Cukup kami saja yang rasakan,” ucap Mbah Sumaerah

Viva, Banyumas - Selama lebih dari 20 tahun, warga Demak khususnya di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, harus hidup dalam kondisi yang memprihatinkan akibat genangan air rob yang terus menghantui pemukiman mereka.

Setiap hari, air pasang laut menyusup ke rumah-rumah tanpa ampun, mengubah hunian menjadi kolam. Dalam keterbatasan dan keputusasaan, warga hanya bisa bertahan sambil menggantungkan harapan pada proyek tanggul laut raksasa yang diharapkan cepat selesai.

Menghadapi kenyataan pahit selama 20 tahun, hidup dalam genangan air rob bukanlah pilihan, melainkan keterpaksaan bagi banyak warga Demak. Mereka sadar, hanya pembangunan tanggul yang bisa memberikan perlindungan jangka panjang dari rob yang semakin parah.

Maka dari itu, masyarakat terus berharap agar pengerjaan proyek tersebut bisa cepat selesai, membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka yang telah terlalu lama basah oleh penderitaan.

Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun, warga Demak telah mencoba berbagai cara untuk tetap hidup di tengah derasnya air rob, mulai dari meninggikan rumah hingga mengungsi ke tempat lebih tinggi.

Namun semua itu bersifat sementara. Kini, satu-satunya solusi nyata yang mereka nantikan adalah rampungnya proyek tanggul laut.

Harapannya, pembangunan ini dapat cepat selesai, agar mereka bisa kembali menjalani hidup normal tanpa takut tenggelam setiap kali laut pasang datang. Salah satu warga, Zamroni (50), mengungkapkan betapa masyarakat sudah terbiasa hidup dalam genangan.

Bahkan sebagian dari mereka, termasuk dirinya, harus meninggalkan rumah yang tenggelam dan berpindah ke lahan milik BBWS hanya untuk bisa bertahan.

“Kami sudah tidak bisa bedakan mana rumah mana kolam. Tapi harapan kami tetap hidup: semoga tanggul laut ini cepat selesai,” ujarnya lirih dilansir dari Pemprov Jateng pada 25 Juni 2025.

Di sisi lain, kisah Mbah Sumaerah (70) juga mencerminkan penderitaan panjang yang belum usai. Bersama anak, menantu, dan dua cucunya, ia tinggal di rumah panggung yang setiap hari tergenang rob setinggi perut orang dewasa.

Untuk masuk ke rumah pun, orang harus meniti papan kayu agar tidak tercebur. Kondisi ini jelas tidak layak untuk ditinggali, apalagi untuk membesarkan anak-anak. Namun apa daya, untuk pindah saja mereka tak punya biaya. Pembangunan giant sea wall menjadi satu-satunya solusi jangka panjang yang diyakini warga akan mengakhiri derita ini.

Mereka paham bahwa penyedotan air atau pengerukan sungai hanya bersifat sementara. Maka tak heran jika warga seperti Zamroni dan Mbah Sumaerah menggantungkan seluruh asa mereka pada proyek tanggul tersebut.

Warga Demak berharap pemerintah tidak menunda penyelesaian tanggul laut. Mereka ingin masa depan anak cucu bisa terbebas dari penderitaan puluhan tahun yang mereka alami.

“Kami tidak ingin cucu-cucu kami tidur di atas genangan rob seperti kami. Cukup kami saja yang rasakan,” ucap Mbah Sumaerah