Misteri Kematian Juliana Marins di Rinjani: Terpeleset, Hilang, Ditemukan Drone Thermal
- instagram @ajulianamarins
Viva, Banyumas - Misteri kematian Juliana Marins, seorang turis Brasil berusia 26 tahun, menyelimuti jalur ekstrem pendakian Rinjani di kawasan Cemara Nunggal, NTB. Perjalanan yang awalnya bertujuan menaklukkan puncak Gunung Rinjani itu berakhir tragis ketika Juliana terpeleset dan hilang di lereng curam. Insiden nahas tersebut terjadi pada jalur yang dikenal licin dan berbahaya, membuat tim penyelamat kesulitan dalam pencarian.
Sebagai turis Brasil yang baru pertama kali menjelajahi medan ekstrem Rinjani, Juliana Marins diduga kehilangan pijakan di salah satu tepi jalur dan langsung terpeleset ke jurang dengan kedalaman ratusan meter. Upaya pencarian dilakukan oleh tim gabungan selama beberapa hari, namun misteri kematian Juliana Marins baru terjawab setelah drone thermal dikerahkan untuk menyisir lokasi jatuhnya korban.
Teknologi ini akhirnya berhasil mendeteksi posisi jasad sang pendaki yang hilang. Ditemukan drone thermal dalam kondisi tak bernyawa, misteri kematian Juliana Marins mengundang perhatian publik dan menjadi peringatan serius atas bahaya jalur ekstrem Gunung Rinjani.
Turis Brasil itu sempat dinyatakan hilang sejak Sabtu pagi, sebelum akhirnya keberadaannya diketahui melalui visual drone di titik jatuh sedalam sekitar 400 meter. Peristiwa ini menegaskan pentingnya kewaspadaan saat menjelajahi jalur pendakian ekstrem seperti Rinjani.
Mengutip Viva, Kejadian tragis ini terjadi pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, saat Juliana tengah mendaki bersama seorang pemandu dan lima peserta lainnya. Sekitar pukul 06.30 WITA, Juliana diduga terpeleset dan terjatuh ke jurang curam yang berada di sekitar danau kawah Rinjani.
Sejak itu, tim SAR gabungan langsung melakukan operasi pencarian yang berlangsung intensif selama beberapa hari.
Misteri kematian Juliana di Rinjani akhirnya mulai terungkap saat drone thermal milik Kantor SAR Mataram berhasil menangkap visual korban pada kedalaman sekitar 400 meter dari lokasi jatuh. Sayangnya, visual tersebut menunjukkan bahwa korban tidak lagi dalam kondisi hidup.
Cuaca buruk, dua overhang besar di sisi tebing, dan medan yang ekstrem membuat proses evakuasi jasad Juliana menjadi sangat sulit. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengonfirmasi informasi tersebut dalam keterangan resmi pada Selasa, 24 Juni 2025.
Kemenparekraf juga menegaskan bahwa insiden ini menjadi bahan evaluasi serius terkait keselamatan dan pengawasan jalur pendakian ekstrem seperti Rinjani.
Meski bantuan dari dua pendaki profesional telah dikerahkan untuk membuka jalur vertikal, upaya evakuasi masih terganjal oleh kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Pemerintah Indonesia juga telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Brasil untuk memberikan informasi akurat kepada keluarga korban.
Misteri tewasnya Juliana Marins di Rinjani menjadi pengingat penting bahwa wisata alam, terutama pendakian gunung dengan jalur ekstrem, memerlukan persiapan, pengawasan, dan protokol keselamatan yang ketat.
Gunung Rinjani, dengan segala keindahannya, kini menjadi saksi bisu duka mendalam dari seorang wisatawan yang ingin menikmati alam Indonesia namun pulang tanpa nyawa
Viva, Banyumas - Misteri kematian Juliana Marins, seorang turis Brasil berusia 26 tahun, menyelimuti jalur ekstrem pendakian Rinjani di kawasan Cemara Nunggal, NTB. Perjalanan yang awalnya bertujuan menaklukkan puncak Gunung Rinjani itu berakhir tragis ketika Juliana terpeleset dan hilang di lereng curam. Insiden nahas tersebut terjadi pada jalur yang dikenal licin dan berbahaya, membuat tim penyelamat kesulitan dalam pencarian.
Sebagai turis Brasil yang baru pertama kali menjelajahi medan ekstrem Rinjani, Juliana Marins diduga kehilangan pijakan di salah satu tepi jalur dan langsung terpeleset ke jurang dengan kedalaman ratusan meter. Upaya pencarian dilakukan oleh tim gabungan selama beberapa hari, namun misteri kematian Juliana Marins baru terjawab setelah drone thermal dikerahkan untuk menyisir lokasi jatuhnya korban.
Teknologi ini akhirnya berhasil mendeteksi posisi jasad sang pendaki yang hilang. Ditemukan drone thermal dalam kondisi tak bernyawa, misteri kematian Juliana Marins mengundang perhatian publik dan menjadi peringatan serius atas bahaya jalur ekstrem Gunung Rinjani.
Turis Brasil itu sempat dinyatakan hilang sejak Sabtu pagi, sebelum akhirnya keberadaannya diketahui melalui visual drone di titik jatuh sedalam sekitar 400 meter. Peristiwa ini menegaskan pentingnya kewaspadaan saat menjelajahi jalur pendakian ekstrem seperti Rinjani.
Mengutip Viva, Kejadian tragis ini terjadi pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, saat Juliana tengah mendaki bersama seorang pemandu dan lima peserta lainnya. Sekitar pukul 06.30 WITA, Juliana diduga terpeleset dan terjatuh ke jurang curam yang berada di sekitar danau kawah Rinjani.
Sejak itu, tim SAR gabungan langsung melakukan operasi pencarian yang berlangsung intensif selama beberapa hari.
Misteri kematian Juliana di Rinjani akhirnya mulai terungkap saat drone thermal milik Kantor SAR Mataram berhasil menangkap visual korban pada kedalaman sekitar 400 meter dari lokasi jatuh. Sayangnya, visual tersebut menunjukkan bahwa korban tidak lagi dalam kondisi hidup.
Cuaca buruk, dua overhang besar di sisi tebing, dan medan yang ekstrem membuat proses evakuasi jasad Juliana menjadi sangat sulit. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengonfirmasi informasi tersebut dalam keterangan resmi pada Selasa, 24 Juni 2025.
Kemenparekraf juga menegaskan bahwa insiden ini menjadi bahan evaluasi serius terkait keselamatan dan pengawasan jalur pendakian ekstrem seperti Rinjani.
Meski bantuan dari dua pendaki profesional telah dikerahkan untuk membuka jalur vertikal, upaya evakuasi masih terganjal oleh kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Pemerintah Indonesia juga telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Brasil untuk memberikan informasi akurat kepada keluarga korban.
Misteri tewasnya Juliana Marins di Rinjani menjadi pengingat penting bahwa wisata alam, terutama pendakian gunung dengan jalur ekstrem, memerlukan persiapan, pengawasan, dan protokol keselamatan yang ketat.
Gunung Rinjani, dengan segala keindahannya, kini menjadi saksi bisu duka mendalam dari seorang wisatawan yang ingin menikmati alam Indonesia namun pulang tanpa nyawa