Fakta Mengejutkan Jalur PPKB UI 2025: Sekolah Elit Tersingkir, 3T Diutamakan

Ilustrasi Siswa kecewa hasil PPKB UI 2025
Sumber :
  • pexel @pixabay

Viva, Banyumas - Seleksi Jalur PPKB UI 2025 kini ramai diperbincangkan di kalangan orang tua dan siswa SMA, khususnya di wilayah Jakarta. Bukan karena tingginya angka kelulusan, tapi karena hasil yang dianggap mengejutkan dan tak terduga.

Kekecewaan muncul karena banyak sekolah unggulan di Jakarta justru gagal meloloskan siswanya. Padahal, selama ini sekolah-sekolah tersebut dikenal sebagai langganan kampus ternama seperti Universitas Indonesia.

Sementara itu, dalam seleksi tahun ini, Universitas Indonesia terlihat memberikan prioritas lebih kepada siswa dari wilayah daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), yang membuat para siswa dari sekolah elit merasa tersisih tanpa penjelasan yang memadai.

Salah satu yang menyuarakan kekecewaan adalah Fadia, Wakil Ketua Komite SMAN 70 Jakarta periode 2023–2025. Ia mengungkap bahwa tahun ini, tidak satu pun siswa dari sekolahnya yang lolos seleksi UI jalur PPKB, padahal tahun lalu ada 67 siswa yang diterima.

Hal serupa terjadi di SMAN 8 Jakarta yang biasanya menjadi langganan kampus kuning tersebut. Dikutip dari informasi yang diunggah di laman Instagram @masukptn, Fadia mengungkapkan Ini benar-benar mengejutkan. Banyak anak merasa kehilangan peluang besar.

Kebijakan UI yang disebut-sebut memprioritaskan siswa dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menjadi penyebab utama anjloknya angka penerimaan dari sekolah-sekolah favorit Jakarta.

Menurut Fadia, pihak sekolah telah mencoba mencari penjelasan ke manajemen UI dan mendapat jawaban bahwa memang ada perubahan prioritas, meski tanpa sosialisasi resmi sebelumnya.

Masalah lain yang menjadi sorotan adalah distribusi formulir PPKB UI ke sekolah-sekolah tanpa informasi terkait perubahan kuota. Alhasil, sekitar 80 persen siswa tetap membeli formulir seharga Rp850.000.

Fadia menyampaikan Kalau memang kuota lebih banyak untuk daerah 3T, kenapa tidak disampaikan sejak awal?. Selama ini, Jalur PPKB UI 2025 dianggap sebagai “karpet merah” bagi siswa berprestasi dari sekolah elit, terutama karena penilaiannya berbasis nilai rapor dan prestasi akademik.

Namun tahun ini, realitas berubah drastis. Sekolah elit tersingkir, dan banyak pihak menilai perlu adanya transparansi dan komunikasi yang lebih baik dari pihak universitas.

Perubahan arah kebijakan penerimaan seleksi UI ini memang hak universitas, namun transparansi menjadi hal penting agar tidak menimbulkan kekecewaan massal di masa mendatang

Viva, Banyumas - Seleksi Jalur PPKB UI 2025 kini ramai diperbincangkan di kalangan orang tua dan siswa SMA, khususnya di wilayah Jakarta. Bukan karena tingginya angka kelulusan, tapi karena hasil yang dianggap mengejutkan dan tak terduga.

Kekecewaan muncul karena banyak sekolah unggulan di Jakarta justru gagal meloloskan siswanya. Padahal, selama ini sekolah-sekolah tersebut dikenal sebagai langganan kampus ternama seperti Universitas Indonesia.

Sementara itu, dalam seleksi tahun ini, Universitas Indonesia terlihat memberikan prioritas lebih kepada siswa dari wilayah daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), yang membuat para siswa dari sekolah elit merasa tersisih tanpa penjelasan yang memadai.

Salah satu yang menyuarakan kekecewaan adalah Fadia, Wakil Ketua Komite SMAN 70 Jakarta periode 2023–2025. Ia mengungkap bahwa tahun ini, tidak satu pun siswa dari sekolahnya yang lolos seleksi UI jalur PPKB, padahal tahun lalu ada 67 siswa yang diterima.

Hal serupa terjadi di SMAN 8 Jakarta yang biasanya menjadi langganan kampus kuning tersebut. Dikutip dari informasi yang diunggah di laman Instagram @masukptn, Fadia mengungkapkan Ini benar-benar mengejutkan. Banyak anak merasa kehilangan peluang besar.

Kebijakan UI yang disebut-sebut memprioritaskan siswa dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) menjadi penyebab utama anjloknya angka penerimaan dari sekolah-sekolah favorit Jakarta.

Menurut Fadia, pihak sekolah telah mencoba mencari penjelasan ke manajemen UI dan mendapat jawaban bahwa memang ada perubahan prioritas, meski tanpa sosialisasi resmi sebelumnya.

Masalah lain yang menjadi sorotan adalah distribusi formulir PPKB UI ke sekolah-sekolah tanpa informasi terkait perubahan kuota. Alhasil, sekitar 80 persen siswa tetap membeli formulir seharga Rp850.000.

Fadia menyampaikan Kalau memang kuota lebih banyak untuk daerah 3T, kenapa tidak disampaikan sejak awal?. Selama ini, Jalur PPKB UI 2025 dianggap sebagai “karpet merah” bagi siswa berprestasi dari sekolah elit, terutama karena penilaiannya berbasis nilai rapor dan prestasi akademik.

Namun tahun ini, realitas berubah drastis. Sekolah elit tersingkir, dan banyak pihak menilai perlu adanya transparansi dan komunikasi yang lebih baik dari pihak universitas.

Perubahan arah kebijakan penerimaan seleksi UI ini memang hak universitas, namun transparansi menjadi hal penting agar tidak menimbulkan kekecewaan massal di masa mendatang