50 Truk Kepung Tugu Pusaka! Sopir Wonogiri Ramai Ramai Tolak RUU ODOL, Kapolres Wonogiri Turun Tangan
- pexel @UHGO
Viva, Banyumas - Sekitar 50 truk dari berbagai komunitas sopir Wonogiri terlihat kepung area Tugu Pusaka Selogiri dalam sebuah aksi damai yang digelar Jumat (20/6/2025). Aksi tersebut menjadi simbol penolakan terhadap RUU ODOL yang dinilai tidak berpihak kepada pekerja lapangan.
Para sopir menyampaikan aspirasi mereka dengan tertib dan penuh solidaritas. Kehadiran 50 truk yang kepung kawasan Tugu Pusaka membawa pesan kuat bahwa sopir Wonogiri bersatu dalam gerakan tolak RUU ODOL.
Mereka menilai kebijakan tersebut berpotensi memberatkan, terutama terkait pembatasan dimensi dan muatan yang belum disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan.
Aksi sopir Wonogiri dengan 50 truk yang kepung Tugu Pusaka juga menjadi sinyal bahwa gelombang tolak RUU ODOL semakin meluas.
Para peserta berharap pemerintah mendengar suara dari bawah sebelum mengesahkan aturan yang dapat berdampak pada penghidupan ribuan sopir truk di Indonesia. Pantauan di lapangan menunjukkan sekitar 50 truk berjejer di sekitar Tugu Pusaka, dihiasi spanduk bernada penolakan terhadap RUU ODOL.
Tidak hanya berorasi, para sopir juga mengadakan kongkow santai dan ngopi bersama sebagai bentuk aksi damai yang kreatif dan tetap tertib.
Aksi ini berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 14.00 WIB dan menarik perhatian masyarakat sekitar. Sandi Bedor, koordinator lapangan aksi tersebut, mengatakan bahwa awalnya mereka hanya mengundang sekitar 30 hingga 50 sopir.
Namun, seiring dengan penyebaran informasi dari komunitas ke komunitas, jumlah peserta bertambah secara spontan.
Setidaknya empat komunitas sopir truk dari Wonogiri bergabung dalam aksi penolakan ini. RUU ODOL menjadi perhatian serius bagi para pengemudi truk karena dianggap memberatkan dan tidak berpihak kepada pekerja lapangan.
Mereka menuntut agar aturan tersebut tidak diberlakukan secara sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi riil di lapangan, termasuk kesiapan armada dan dampaknya terhadap penghasilan sopir.
Sehari sebelumnya, sopir truk asal Wonogiri juga tercatat ikut bergabung dalam aksi serupa di wilayah Solo dan Ponorogo.
Ini menunjukkan bahwa gelombang penolakan terhadap RUU ODOL telah meluas dan mendapat respons dari banyak kalangan sopir di berbagai daerah.
Kapolres Wonogiri AKBP Jarot Sungkowo yang hadir menemui para sopir menyatakan bahwa untuk sementara waktu, belum ada penindakan terkait truk ODOL di wilayah Jawa Tengah.
AKBP Jarot dikutip dari laman Instagram @wonogirikita, AKPB Jarot Sungkowo mengatakan polisi akan terus lakukan sosialisasi sehingga teman-teman sopir tidak perlu panik.
Aksi damai ini menegaskan bahwa suara sopir truk sebagai ujung tombak logistik nasional patut didengar dan dipertimbangkan dalam penyusunan regulasi yang berdampak langsung terhadap mata pencaharian mereka
Viva, Banyumas - Sekitar 50 truk dari berbagai komunitas sopir Wonogiri terlihat kepung area Tugu Pusaka Selogiri dalam sebuah aksi damai yang digelar Jumat (20/6/2025). Aksi tersebut menjadi simbol penolakan terhadap RUU ODOL yang dinilai tidak berpihak kepada pekerja lapangan.
Para sopir menyampaikan aspirasi mereka dengan tertib dan penuh solidaritas. Kehadiran 50 truk yang kepung kawasan Tugu Pusaka membawa pesan kuat bahwa sopir Wonogiri bersatu dalam gerakan tolak RUU ODOL.
Mereka menilai kebijakan tersebut berpotensi memberatkan, terutama terkait pembatasan dimensi dan muatan yang belum disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan.
Aksi sopir Wonogiri dengan 50 truk yang kepung Tugu Pusaka juga menjadi sinyal bahwa gelombang tolak RUU ODOL semakin meluas.
Para peserta berharap pemerintah mendengar suara dari bawah sebelum mengesahkan aturan yang dapat berdampak pada penghidupan ribuan sopir truk di Indonesia. Pantauan di lapangan menunjukkan sekitar 50 truk berjejer di sekitar Tugu Pusaka, dihiasi spanduk bernada penolakan terhadap RUU ODOL.
Tidak hanya berorasi, para sopir juga mengadakan kongkow santai dan ngopi bersama sebagai bentuk aksi damai yang kreatif dan tetap tertib.
Aksi ini berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 14.00 WIB dan menarik perhatian masyarakat sekitar. Sandi Bedor, koordinator lapangan aksi tersebut, mengatakan bahwa awalnya mereka hanya mengundang sekitar 30 hingga 50 sopir.
Namun, seiring dengan penyebaran informasi dari komunitas ke komunitas, jumlah peserta bertambah secara spontan.
Setidaknya empat komunitas sopir truk dari Wonogiri bergabung dalam aksi penolakan ini. RUU ODOL menjadi perhatian serius bagi para pengemudi truk karena dianggap memberatkan dan tidak berpihak kepada pekerja lapangan.
Mereka menuntut agar aturan tersebut tidak diberlakukan secara sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi riil di lapangan, termasuk kesiapan armada dan dampaknya terhadap penghasilan sopir.
Sehari sebelumnya, sopir truk asal Wonogiri juga tercatat ikut bergabung dalam aksi serupa di wilayah Solo dan Ponorogo.
Ini menunjukkan bahwa gelombang penolakan terhadap RUU ODOL telah meluas dan mendapat respons dari banyak kalangan sopir di berbagai daerah.
Kapolres Wonogiri AKBP Jarot Sungkowo yang hadir menemui para sopir menyatakan bahwa untuk sementara waktu, belum ada penindakan terkait truk ODOL di wilayah Jawa Tengah.
AKBP Jarot dikutip dari laman Instagram @wonogirikita, AKPB Jarot Sungkowo mengatakan polisi akan terus lakukan sosialisasi sehingga teman-teman sopir tidak perlu panik.
Aksi damai ini menegaskan bahwa suara sopir truk sebagai ujung tombak logistik nasional patut didengar dan dipertimbangkan dalam penyusunan regulasi yang berdampak langsung terhadap mata pencaharian mereka