Dicoret tapi Sempat Masuk: Drama Jalur Afirmasi Anak ASN di SMAN 1 Klaten yang Gegerkan Orang Tua
- pexel @ClickerHappy
Viva, Banyumas - Polemik kembali mengemuka di SMAN 1 Klaten setelah seorang anak ASN dilaporkan sempat masuk dalam daftar jalur afirmasi penerimaan peserta didik baru tahun 2025. Meski namanya belakangan dicoret dari jurnal resmi, insiden ini telah lebih dulu gegerkan orang tua siswa yang merasa ada kejanggalan dalam proses seleksi dan validasi data penerima afirmasi.
Nama anak ASN tersebut awalnya muncul di sistem pendaftaran online jalur afirmasi yang seharusnya diperuntukkan bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu. Saat akhirnya dicoret, muncul dugaan bahwa siswa tersebut sempat masuk karena kesalahan teknis atau kemungkinan manipulasi.
Hal itu membuat banyak pihak, terutama wali murid di SMAN 1 Klaten, merasa kecewa dan mempertanyakan integritas sistem seleksi.
Dinas Pendidikan Jawa Tengah menyatakan telah melakukan pembetulan, namun fakta bahwa anak ASN bisa sempat masuk jalur afirmasi sebelum akhirnya dicoret, tetap gegerkan orang tua.
Mereka meminta proses seleksi di SMAN 1 Klaten diawasi ketat agar tidak mencederai prinsip keadilan.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kekhawatiran publik atas transparansi penerimaan siswa baru berbasis digital.
Dilansir dari akun Instagram @klaten_24jam, Kejadian bermula ketika seorang siswa yang diketahui merupakan anak dari aparatur sipil negara (ASN) terpantau berada dalam jurnal afirmasi SMAN 1 Klaten.
Padahal, jalur afirmasi diperuntukkan bagi siswa dari keluarga kurang mampu dan kategori rentan lainnya.
Nama siswa tersebut kemudian menghilang dari jurnal usai ramai diperbincangkan, memunculkan kecurigaan adanya kekeliruan atau manipulasi data. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Jawa Tengah, Agung Wijayanto, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan verifikasi dan pembetulan terhadap sejumlah data di sistem SPMB.
Ia mengakui kemungkinan human error karena aplikasi hanya menyinkronkan data dari instansi terkait.
Namun ia menegaskan bahwa setiap laporan masyarakat atau media akan ditindaklanjuti, termasuk memanggil siswa dan orang tua jika ditemukan indikasi pelanggaran.
Sistem pendaftaran yang berbasis digital ini memang masih menyisakan ruang kesalahan. Proses input data masih melibatkan peran manusia, sehingga potensi klik keliru atau unggahan dokumen tak sesuai tetap terbuka.
Agung menyebut bahwa perbaikan telah dilakukan, dan pihaknya berkomitmen menjaga integritas proses SPMB, terutama untuk jalur afirmasi yang sensitif.
Meski pembetulan telah dilakukan, sebagian orang tua calon siswa masih mempertanyakan apakah kesalahan ini murni kelalaian teknis atau ada faktor lain di baliknya.
Drama dicoret tapi sempat masuk ini menjadi simbol tarik ulur antara regulasi, sistem digital, dan integritas dalam penerimaan peserta didik baru
Viva, Banyumas - Polemik kembali mengemuka di SMAN 1 Klaten setelah seorang anak ASN dilaporkan sempat masuk dalam daftar jalur afirmasi penerimaan peserta didik baru tahun 2025. Meski namanya belakangan dicoret dari jurnal resmi, insiden ini telah lebih dulu gegerkan orang tua siswa yang merasa ada kejanggalan dalam proses seleksi dan validasi data penerima afirmasi.
Nama anak ASN tersebut awalnya muncul di sistem pendaftaran online jalur afirmasi yang seharusnya diperuntukkan bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu. Saat akhirnya dicoret, muncul dugaan bahwa siswa tersebut sempat masuk karena kesalahan teknis atau kemungkinan manipulasi.
Hal itu membuat banyak pihak, terutama wali murid di SMAN 1 Klaten, merasa kecewa dan mempertanyakan integritas sistem seleksi.
Dinas Pendidikan Jawa Tengah menyatakan telah melakukan pembetulan, namun fakta bahwa anak ASN bisa sempat masuk jalur afirmasi sebelum akhirnya dicoret, tetap gegerkan orang tua.
Mereka meminta proses seleksi di SMAN 1 Klaten diawasi ketat agar tidak mencederai prinsip keadilan.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kekhawatiran publik atas transparansi penerimaan siswa baru berbasis digital.
Dilansir dari akun Instagram @klaten_24jam, Kejadian bermula ketika seorang siswa yang diketahui merupakan anak dari aparatur sipil negara (ASN) terpantau berada dalam jurnal afirmasi SMAN 1 Klaten.
Padahal, jalur afirmasi diperuntukkan bagi siswa dari keluarga kurang mampu dan kategori rentan lainnya.
Nama siswa tersebut kemudian menghilang dari jurnal usai ramai diperbincangkan, memunculkan kecurigaan adanya kekeliruan atau manipulasi data. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Jawa Tengah, Agung Wijayanto, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan verifikasi dan pembetulan terhadap sejumlah data di sistem SPMB.
Ia mengakui kemungkinan human error karena aplikasi hanya menyinkronkan data dari instansi terkait.
Namun ia menegaskan bahwa setiap laporan masyarakat atau media akan ditindaklanjuti, termasuk memanggil siswa dan orang tua jika ditemukan indikasi pelanggaran.
Sistem pendaftaran yang berbasis digital ini memang masih menyisakan ruang kesalahan. Proses input data masih melibatkan peran manusia, sehingga potensi klik keliru atau unggahan dokumen tak sesuai tetap terbuka.
Agung menyebut bahwa perbaikan telah dilakukan, dan pihaknya berkomitmen menjaga integritas proses SPMB, terutama untuk jalur afirmasi yang sensitif.
Meski pembetulan telah dilakukan, sebagian orang tua calon siswa masih mempertanyakan apakah kesalahan ini murni kelalaian teknis atau ada faktor lain di baliknya.
Drama dicoret tapi sempat masuk ini menjadi simbol tarik ulur antara regulasi, sistem digital, dan integritas dalam penerimaan peserta didik baru