Demo ODOL Hebohkan Boyolali, Sopir Truk: Cari Nafkah, Bukan Cari Masalah
- pexel @hitesh Sarain
Viva, Banyumas - Demo ODOL yang berlangsung di Boyolali pada Kamis (19/6/2025) menjadi sorotan setelah ratusan sopir truk turun ke jalan. Mereka memadati Simpang Solidaritas, Alun-Alun Lor, untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan Over Dimension Over Loading.
Menurut para sopir truk, aturan ODOL justru memperberat usaha mereka dalam cari nafkah, karena membuat operasional pengiriman logistik semakin terbatas dan mahal. Aksi demo ODOL tersebut menunjukkan keresahan yang mendalam dari para sopir truk Boyolali, yang merasa terus dibebani aturan tanpa solusi nyata.
Dalam orasinya, mereka menyatakan bahwa niat mereka hanyalah cari nafkah, bukan cari masalah.
Namun kebijakan ODOL, jika diterapkan tanpa revisi atau kompromi, berpotensi menjadikan sopir sebagai pihak yang paling dirugikan, bahkan dikriminalisasi. Para peserta demo ODOL di Boyolali juga menegaskan bahwa sopir truk adalah ujung tombak distribusi logistik nasional.
Mereka menolak stigma bahwa melanggar ODOL berarti sengaja cari masalah. Banyak di antara mereka yang mengaku terpaksa melanggar aturan demi cari nafkah yang layak bagi keluarga.
Lewat aksi damai ini, mereka berharap suara para sopir bisa lebih didengar dan kebijakan ODOL dapat ditinjau kembali. Dikutip dari laman Instagram @boyolalikita, Puluhan truk diparkir untuk memblokade Jalan Prof. Soeharso hingga menyebabkan kemacetan di jalur Lingkar Utara Boyolali.
Sopir-sopir membawa pengeras suara dan membentangkan spanduk bertuliskan protes, seperti “Sopir bukan kriminal”, “Tolak RUU ODOL 2025”, hingga “ODOL dipidana, pungli dibiarkan”.
Dalam aksinya, para sopir truk menyuarakan keresahan mereka terhadap aturan ODOL yang dinilai tidak realistis.
Salah seorang sopir, Danang Tri, menyampaikan keluh kesahnya di hadapan Ketua DPRD, Kapolres, dan Kepala Dinas Perhubungan Boyolali.
“Kami tidak mau ODOL, tapi kami juga harus pulang bawa uang buat anak istri,” ujarnya dengan nada penuh emosi.
Menurut Danang, aturan ODOL justru membuat sopir truk kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak.
Karena tarif angkutan tidak sebanding dengan batas tonase, banyak sopir terpaksa melanggar demi mencukupi kebutuhan rumah tangga.
“Kalau hanya muatan sesuai aturan, uang kami tidak cukup untuk makan keluarga,” katanya. Ketua DPRD Boyolali, Susetya Kusuma, bersama Kapolres dan Kepala Dinas Perhubungan kemudian menerima perwakilan sopir untuk audiensi.
Penasihat Komunitas Sopir Truk, Sutarjo, menyampaikan tuntutan utama mereka yaitu revisi aturan ODOL. Ia berharap pemerintah mempertimbangkan kelonggaran terhadap muatan dan dimensi truk, termasuk tinggi terpal bak.
Aksi ini menunjukkan bahwa para sopir bukan menolak aturan, melainkan menuntut kebijakan yang adil dan berpihak pada realitas di lapangan. Polisi memastikan bahwa aksi tetap berjalan kondusif dan tidak anarkis
Viva, Banyumas - Demo ODOL yang berlangsung di Boyolali pada Kamis (19/6/2025) menjadi sorotan setelah ratusan sopir truk turun ke jalan. Mereka memadati Simpang Solidaritas, Alun-Alun Lor, untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan Over Dimension Over Loading.
Menurut para sopir truk, aturan ODOL justru memperberat usaha mereka dalam cari nafkah, karena membuat operasional pengiriman logistik semakin terbatas dan mahal. Aksi demo ODOL tersebut menunjukkan keresahan yang mendalam dari para sopir truk Boyolali, yang merasa terus dibebani aturan tanpa solusi nyata.
Dalam orasinya, mereka menyatakan bahwa niat mereka hanyalah cari nafkah, bukan cari masalah.
Namun kebijakan ODOL, jika diterapkan tanpa revisi atau kompromi, berpotensi menjadikan sopir sebagai pihak yang paling dirugikan, bahkan dikriminalisasi. Para peserta demo ODOL di Boyolali juga menegaskan bahwa sopir truk adalah ujung tombak distribusi logistik nasional.
Mereka menolak stigma bahwa melanggar ODOL berarti sengaja cari masalah. Banyak di antara mereka yang mengaku terpaksa melanggar aturan demi cari nafkah yang layak bagi keluarga.
Lewat aksi damai ini, mereka berharap suara para sopir bisa lebih didengar dan kebijakan ODOL dapat ditinjau kembali. Dikutip dari laman Instagram @boyolalikita, Puluhan truk diparkir untuk memblokade Jalan Prof. Soeharso hingga menyebabkan kemacetan di jalur Lingkar Utara Boyolali.
Sopir-sopir membawa pengeras suara dan membentangkan spanduk bertuliskan protes, seperti “Sopir bukan kriminal”, “Tolak RUU ODOL 2025”, hingga “ODOL dipidana, pungli dibiarkan”.
Dalam aksinya, para sopir truk menyuarakan keresahan mereka terhadap aturan ODOL yang dinilai tidak realistis.
Salah seorang sopir, Danang Tri, menyampaikan keluh kesahnya di hadapan Ketua DPRD, Kapolres, dan Kepala Dinas Perhubungan Boyolali.
“Kami tidak mau ODOL, tapi kami juga harus pulang bawa uang buat anak istri,” ujarnya dengan nada penuh emosi.
Menurut Danang, aturan ODOL justru membuat sopir truk kesulitan mendapatkan penghasilan yang layak.
Karena tarif angkutan tidak sebanding dengan batas tonase, banyak sopir terpaksa melanggar demi mencukupi kebutuhan rumah tangga.
“Kalau hanya muatan sesuai aturan, uang kami tidak cukup untuk makan keluarga,” katanya. Ketua DPRD Boyolali, Susetya Kusuma, bersama Kapolres dan Kepala Dinas Perhubungan kemudian menerima perwakilan sopir untuk audiensi.
Penasihat Komunitas Sopir Truk, Sutarjo, menyampaikan tuntutan utama mereka yaitu revisi aturan ODOL. Ia berharap pemerintah mempertimbangkan kelonggaran terhadap muatan dan dimensi truk, termasuk tinggi terpal bak.
Aksi ini menunjukkan bahwa para sopir bukan menolak aturan, melainkan menuntut kebijakan yang adil dan berpihak pada realitas di lapangan. Polisi memastikan bahwa aksi tetap berjalan kondusif dan tidak anarkis