Gagal Jadi Ikon? Ini Deretan Masalah di Jalan Bung Karno Purwokerto
- pexel @Igor Starkov
Viva, Banyumas - Jalan Bung Karno yang terletak di jantung Kota Purwokerto awalnya dirancang sebagai ikon wisata urban yang membanggakan Kabupaten Banyumas. Namun, harapan tersebut perlahan memudar karena kawasan yang diharapkan menjadi daya tarik utama ini justru dipenuhi persoalan mendasar.
Banyak warga mulai menilai kawasan tersebut gagal jadi pusat keramaian yang nyaman dan tertib. Di malam hari, Jalan Bung Karno Purwokerto malah terlihat lebih mirip pasar malam dadakan ketimbang ikon ruang publik modern.
Penataan yang belum maksimal dan belum adanya pengawasan yang efektif membuat situasinya makin semrawut. Kondisi ini memperkuat anggapan bahwa kawasan tersebut gagal jadi magnet wisata baru sebagaimana yang direncanakan.
Minimnya fasilitas pendukung serta konsep kawasan yang dianggap tergesa-gesa membuat Jalan Bung Karno di Purwokerto tak mampu bersaing sebagai ikon kota. Ketika tempat itu semestinya menjadi ruang publik yang estetik dan teratur, justru yang tampak adalah kawasan yang tidak siap menyandang predikat sebagai ikon wisata perkotaan Banyumas.
Dilansir dari akun Instagram @infoseputarpurwokerto, Salah satu masalah utama di Jalan Bung Karno adalah trotoar yang dikuasai PKL liar. Banyak pedagang kaki lima yang memanfaatkan area pejalan kaki untuk berjualan, sehingga mengganggu arus lalu lintas pedestrian.
Kondisi ini tak hanya merusak estetika kawasan wisata, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan.
Padahal, trotoar seharusnya menjadi ruang publik yang ramah dan nyaman. Masalah berikutnya adalah banjir pengamen yang menjamur di area tersebut, terutama saat malam hari.
Mereka tampil secara bergantian di berbagai sudut jalan tanpa pengaturan yang jelas. Suara sound system yang keras dan tumpang tindih justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana santai.
Tidak sedikit warga yang merasa terganggu dan memilih untuk menjauh dari lokasi. Shelter PKL yang dibangun pemerintah juga dinilai terlalu sempit dan tidak mampu menampung seluruh pedagang.
Akibatnya, banyak PKL yang memilih berjualan di luar shelter dan memenuhi trotoar hingga badan jalan. Hal ini memperparah kesemrawutan yang terjadi setiap malam, terlebih saat akhir pekan.
Yang paling disoroti publik adalah konsep kawasan wisata Jalan Bung Karno yang dinilai belum matang. Minimnya fasilitas penunjang seperti tempat duduk, ruang hijau, hingga area parkir yang layak membuat kawasan ini terkesan dibangun secara prematur.
Jika dibiarkan, kawasan ini terancam berubah menjadi “pasar malam dadakan” yang jauh dari harapan sebagai destinasi wisata urban.
Pemkab Banyumas diharapkan segera mengambil langkah konkret dalam penataan ulang kawasan ini.
Mulai dari regulasi ketat terhadap PKL, pembatasan aktivitas hiburan jalanan, hingga evaluasi menyeluruh terhadap desain kawasan, demi mewujudkan Jalan Bung Karno sebagai wajah baru Purwokerto yang membanggakan
Viva, Banyumas - Jalan Bung Karno yang terletak di jantung Kota Purwokerto awalnya dirancang sebagai ikon wisata urban yang membanggakan Kabupaten Banyumas. Namun, harapan tersebut perlahan memudar karena kawasan yang diharapkan menjadi daya tarik utama ini justru dipenuhi persoalan mendasar.
Banyak warga mulai menilai kawasan tersebut gagal jadi pusat keramaian yang nyaman dan tertib. Di malam hari, Jalan Bung Karno Purwokerto malah terlihat lebih mirip pasar malam dadakan ketimbang ikon ruang publik modern.
Penataan yang belum maksimal dan belum adanya pengawasan yang efektif membuat situasinya makin semrawut. Kondisi ini memperkuat anggapan bahwa kawasan tersebut gagal jadi magnet wisata baru sebagaimana yang direncanakan.
Minimnya fasilitas pendukung serta konsep kawasan yang dianggap tergesa-gesa membuat Jalan Bung Karno di Purwokerto tak mampu bersaing sebagai ikon kota. Ketika tempat itu semestinya menjadi ruang publik yang estetik dan teratur, justru yang tampak adalah kawasan yang tidak siap menyandang predikat sebagai ikon wisata perkotaan Banyumas.
Dilansir dari akun Instagram @infoseputarpurwokerto, Salah satu masalah utama di Jalan Bung Karno adalah trotoar yang dikuasai PKL liar. Banyak pedagang kaki lima yang memanfaatkan area pejalan kaki untuk berjualan, sehingga mengganggu arus lalu lintas pedestrian.
Kondisi ini tak hanya merusak estetika kawasan wisata, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan.
Padahal, trotoar seharusnya menjadi ruang publik yang ramah dan nyaman. Masalah berikutnya adalah banjir pengamen yang menjamur di area tersebut, terutama saat malam hari.
Mereka tampil secara bergantian di berbagai sudut jalan tanpa pengaturan yang jelas. Suara sound system yang keras dan tumpang tindih justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana santai.
Tidak sedikit warga yang merasa terganggu dan memilih untuk menjauh dari lokasi. Shelter PKL yang dibangun pemerintah juga dinilai terlalu sempit dan tidak mampu menampung seluruh pedagang.
Akibatnya, banyak PKL yang memilih berjualan di luar shelter dan memenuhi trotoar hingga badan jalan. Hal ini memperparah kesemrawutan yang terjadi setiap malam, terlebih saat akhir pekan.
Yang paling disoroti publik adalah konsep kawasan wisata Jalan Bung Karno yang dinilai belum matang. Minimnya fasilitas penunjang seperti tempat duduk, ruang hijau, hingga area parkir yang layak membuat kawasan ini terkesan dibangun secara prematur.
Jika dibiarkan, kawasan ini terancam berubah menjadi “pasar malam dadakan” yang jauh dari harapan sebagai destinasi wisata urban.
Pemkab Banyumas diharapkan segera mengambil langkah konkret dalam penataan ulang kawasan ini.
Mulai dari regulasi ketat terhadap PKL, pembatasan aktivitas hiburan jalanan, hingga evaluasi menyeluruh terhadap desain kawasan, demi mewujudkan Jalan Bung Karno sebagai wajah baru Purwokerto yang membanggakan