Pulau Gag Aman dari Kerusakan? Fakta di Balik Kunjungan Menteri ESDM ke Tambang Nikel Raja Ampat

Kunjungan Menteri ESDM di Tambang Nikel Raja Ampat
Sumber :
  • instagram @bahlillahadalia

Viva, Banyumas - Di balik kunjungan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ke Pulau Gag, terungkap fakta bahwa aktivitas tambang nikel di wilayah tersebut dinilai aman dari kerusakan lingkungan. Kementerian ESDM, melalui Direktur Jenderal Minerba Tri Winarno, menyatakan bahwa berdasarkan pantauan dari udara, tambang nikel milik PT Gag Nikel di Raja Ampat tidak menunjukkan indikasi masalah besar yang mengancam lingkungan.

Fakta ini menjadi catatan penting dalam evaluasi awal terhadap praktik pertambangan di Pulau Gag. Pulau Gag yang berada di kawasan Raja Ampat selama ini menjadi sorotan karena kekayaan alamnya yang rentan rusak akibat aktivitas industri.

Namun, di balik kekhawatiran tersebut, kunjungan Menteri ESDM ke tambang nikel justru menemukan bahwa sebagian besar lahan sudah direklamasi, dan tidak terlihat sedimentasi yang biasanya menjadi tanda awal kerusakan lingkungan.

Fakta ini menunjukkan indikasi awal bahwa aktivitas pertambangan di Pulau Gag bisa saja tetap aman dari kerusakan jika diawasi ketat.

Meski fakta awal menunjukkan kondisi tambang nikel di Pulau Gag relatif aman dari kerusakan, Menteri ESDM menegaskan bahwa kunjungan tersebut bukan akhir dari evaluasi.

Di balik penilaian udara, inspektur tambang masih ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan mendalam di seluruh area pertambangan Raja Ampat.

Dengan begitu, keputusan akhir akan diambil berdasarkan fakta lapangan secara menyeluruh agar eksploitasi tambang nikel tidak mengancam kelestarian Pulau Gag dan wilayah Raja Ampat yang dikenal sangat sensitif terhadap gangguan lingkungan.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan Kementerian ESDM memantau kondisi tambang dari udara menggunakan helikopter.

Hasil pemantauan menunjukkan tidak adanya sedimentasi di area pesisir yang bisa mengancam ekosistem laut Raja Ampat, salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia.

“Dari atas, kita lihat sedimentasi di area pesisir tidak ada. Jadi secara keseluruhan, tambang ini tidak bermasalah,” ujar Tri yang dikutip dari laman Viva pada 8 Juni 2025.

Lebih lanjut, Tri menjelaskan bahwa luas lahan tambang yang dibuka oleh PT Gag Nikel tidak terlalu besar.

Dari total luas 263 hektare yang dialokasikan, sekitar 131 hektare telah direklamasi dan 59 hektare dinyatakan berhasil dalam proses reklamasi.

Meski demikian, Kementerian ESDM menekankan bahwa hasil pantauan dari udara bukanlah penentu akhir.

Pemeriksaan lebih rinci akan dilakukan oleh inspektur tambang yang ditugaskan secara khusus untuk menilai secara menyeluruh kondisi pertambangan di seluruh wilayah Raja Ampat.

“Inspektur tambang akan memberikan laporan lengkap. Setelah evaluasi menyeluruh, baru kita eksekusi keputusan, apapun nanti keputusannya,” jelas Tri.

Sebagai informasi, terdapat lima perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Raja Ampat, yakni PT Gag Nikel, PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond, dan PT Nurham.

Evaluasi mendalam terhadap kelima perusahaan ini menjadi krusial untuk memastikan eksploitasi sumber daya alam tidak mengancam kelestarian lingkungan Raja Ampat yang mendunia

Viva, Banyumas - Di balik kunjungan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ke Pulau Gag, terungkap fakta bahwa aktivitas tambang nikel di wilayah tersebut dinilai aman dari kerusakan lingkungan. Kementerian ESDM, melalui Direktur Jenderal Minerba Tri Winarno, menyatakan bahwa berdasarkan pantauan dari udara, tambang nikel milik PT Gag Nikel di Raja Ampat tidak menunjukkan indikasi masalah besar yang mengancam lingkungan.

Fakta ini menjadi catatan penting dalam evaluasi awal terhadap praktik pertambangan di Pulau Gag. Pulau Gag yang berada di kawasan Raja Ampat selama ini menjadi sorotan karena kekayaan alamnya yang rentan rusak akibat aktivitas industri.

Namun, di balik kekhawatiran tersebut, kunjungan Menteri ESDM ke tambang nikel justru menemukan bahwa sebagian besar lahan sudah direklamasi, dan tidak terlihat sedimentasi yang biasanya menjadi tanda awal kerusakan lingkungan.

Fakta ini menunjukkan indikasi awal bahwa aktivitas pertambangan di Pulau Gag bisa saja tetap aman dari kerusakan jika diawasi ketat.

Meski fakta awal menunjukkan kondisi tambang nikel di Pulau Gag relatif aman dari kerusakan, Menteri ESDM menegaskan bahwa kunjungan tersebut bukan akhir dari evaluasi.

Di balik penilaian udara, inspektur tambang masih ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan mendalam di seluruh area pertambangan Raja Ampat.

Dengan begitu, keputusan akhir akan diambil berdasarkan fakta lapangan secara menyeluruh agar eksploitasi tambang nikel tidak mengancam kelestarian Pulau Gag dan wilayah Raja Ampat yang dikenal sangat sensitif terhadap gangguan lingkungan.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan Kementerian ESDM memantau kondisi tambang dari udara menggunakan helikopter.

Hasil pemantauan menunjukkan tidak adanya sedimentasi di area pesisir yang bisa mengancam ekosistem laut Raja Ampat, salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia.

“Dari atas, kita lihat sedimentasi di area pesisir tidak ada. Jadi secara keseluruhan, tambang ini tidak bermasalah,” ujar Tri yang dikutip dari laman Viva pada 8 Juni 2025.

Lebih lanjut, Tri menjelaskan bahwa luas lahan tambang yang dibuka oleh PT Gag Nikel tidak terlalu besar.

Dari total luas 263 hektare yang dialokasikan, sekitar 131 hektare telah direklamasi dan 59 hektare dinyatakan berhasil dalam proses reklamasi.

Meski demikian, Kementerian ESDM menekankan bahwa hasil pantauan dari udara bukanlah penentu akhir.

Pemeriksaan lebih rinci akan dilakukan oleh inspektur tambang yang ditugaskan secara khusus untuk menilai secara menyeluruh kondisi pertambangan di seluruh wilayah Raja Ampat.

“Inspektur tambang akan memberikan laporan lengkap. Setelah evaluasi menyeluruh, baru kita eksekusi keputusan, apapun nanti keputusannya,” jelas Tri.

Sebagai informasi, terdapat lima perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Raja Ampat, yakni PT Gag Nikel, PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond, dan PT Nurham.

Evaluasi mendalam terhadap kelima perusahaan ini menjadi krusial untuk memastikan eksploitasi sumber daya alam tidak mengancam kelestarian lingkungan Raja Ampat yang mendunia