Pernah Kaget Lihat Harga Makan di Tempat Wisata? Ini Tiga Alasan Mengapa Bisa Semahal Itu!
- Viva
Viva, Banyumas – “Lapar di tempat wisata? Siap-siap dompet kamu ikut ‘keringetan’.” Nggak sedikit orang yang nyesel setelah lihat struk makan di lokasi wisata.
Harganya bisa dua kali lipat dari tempat biasa, padahal makanannya itu-itu aja. Namun, mengapa yah restoran di tempat wisata harganya melambung tinggi? Nih, kita bedah bareng.
1. Lokasi Bukan Kaleng-Kaleng
Restoran di tempat wisata bayar biaya sewa yang nggak murah. Bayangin, kamu buka usaha di pinggir pantai terkenal atau di kaki gunung yang tiap hari dipadati turis.
Harga sewanya udah pasti lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Dan itu baru soal tempat, belum termasuk izin usaha yang kadang ribet dan mahal.
Selain itu, akses ke tempat wisata juga nggak selalu gampang. Kadang bahan makanan mesti diangkut jauh, dari kota besar ke lokasi terpencil.
Ongkos logistik? Ya, pasti numpuk. Jadi, jangan heran kalau harga sepiring nasi goreng bisa nyampe dua kali lipat dari biasanya.
2. Kamu Bayar Pengalaman
Makan di tempat wisata itu bukan soal kenyang doang. Kamu bayar pemandangan, suasana, bahkan fasilitas.
Misalnya: kamu makan di restoran pinggir danau, dengan view sunset dan live music. Apakah itu semua gratis? Nggak. Harga makanan biasanya udah ‘ngangkut’ semua elemen hiburan itu.
Restoran juga tahu banget psikologi turis: sekali dateng, pengen dimanjain. Kamu mungkin mikir, “ah, kan liburan, sekalian aja.”
Nah, logika itu yang dimanfaatkan. Kamu jadi lebih permisif buat ngeluarin uang lebih banyak.
3. Nggak Ada Pilihan
Kadang, restoran-restoran di tempat wisata bisa kasih harga tinggi karena … mereka bisa. Kamu lapar, tempat makan terbatas, dan jarak ke kota jauh.
Jadi ya, mau nggak mau kamu beli. Ini yang disebut situational monopoly. Selama kamu nggak bawa bekal sendiri, mereka pegang kendali penuh.
Alhasil, lain kali kalau kamu kaget lihat harga makanan di tempat wisata, inget: kamu nggak cuma bayar nasi goreng, tapi juga pemandangan, suasana, dan biaya logistik.
Kalau mau hemat? Bawa bekal. Tapi kalau niat healing total, ya nikmatin aja—asal jangan ngeluh pas cek saldo.