Waspada! Wonogiri dan Kendal Catat Hari Tanpa Hujan Sangat Panjang Hingga 60 Hari

BMKG catat HTH panjang di Jateng
Sumber :
  • BMKG

BMKG Jateng catat Wonogiri dan Kendal alami HTH sangat panjang hingga 60 hari. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kekeringan dan gangguan sektor pertanian

Viva, Banyumas - Stasiun Klimatologi Jawa Tengah kembali merilis laporan terbaru mengenai kondisi iklim di wilayahnya. Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dan analisis curah hujan dasarian ke-3 September 2025, sejumlah daerah masih mengalami fenomena cuaca ekstrem. Dari pemantauan, sebagian besar wilayah Jawa Tengah masih mencatat hujan dengan kategori bervariasi.

Namun, perhatian khusus tertuju pada dua daerah, yakni Kabupaten Wonogiri dan Kendal, yang tercatat mengalami HTH kategori sangat panjang, yaitu antara 31 hingga 60 hari tanpa hujan. Kepala Stasiun Klimatologi Jateng menyebutkan bahwa kondisi ini berpotensi memengaruhi ketersediaan air bersih dan sektor pertanian.

“HTH sangat panjang patut diwaspadai karena bisa memicu kekeringan, terutama di wilayah yang bergantung pada tadah hujan,” ujarnya.

Selain itu, beberapa daerah lain mengalami HTH kategori pendek (6–10 hari) dan menengah (11–20 hari). Adapun wilayah yang masih mencatat HTH sangat pendek (1–5 hari) meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pati, Boyolali, Banjarnegara, Purworejo, dan Wonogiri bagian tertentu.

Sementara itu, hasil analisis curah hujan dasarian ke-3 September 2025 menunjukkan mayoritas wilayah Jawa Tengah masuk kategori rendah (0–50 mm/dasarian) hingga menengah (51–150 mm/dasarian). Meski begitu, ada beberapa daerah dengan curah hujan tinggi, yakni Purbalingga, Cilacap, Banyumas, serta sebagian kecil Brebes, Pekalongan, Banjarnegara, Wonosobo, dan Grobogan. Bahkan, sebagian wilayah Cilacap dan Purbalingga mencatat curah hujan sangat tinggi, lebih dari 300 mm/dasarian.

Untuk prediksi probabilistik curah hujan pada dasarian pertama Oktober 2025, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah berpeluang lebih dari 70% masuk kategori rendah. Namun, wilayah Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, hingga bagian selatan Brebes dan Tegal diprediksi berpeluang mengalami curah hujan menengah.

Dengan kondisi ini, masyarakat di daerah terdampak HTH panjang diminta lebih waspada terhadap potensi kekeringan dan krisis air bersih. Pemerintah daerah diimbau menyiapkan langkah mitigasi seperti distribusi air bersih, optimalisasi irigasi, serta sosialisasi hemat air kepada warga.

BMKG juga menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor, khususnya di bidang pertanian, agar dampak HTH sangat panjang tidak mengganggu ketahanan pangan di Jawa Tengah

BMKG Jateng catat Wonogiri dan Kendal alami HTH sangat panjang hingga 60 hari. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kekeringan dan gangguan sektor pertanian

Viva, Banyumas - Stasiun Klimatologi Jawa Tengah kembali merilis laporan terbaru mengenai kondisi iklim di wilayahnya. Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dan analisis curah hujan dasarian ke-3 September 2025, sejumlah daerah masih mengalami fenomena cuaca ekstrem. Dari pemantauan, sebagian besar wilayah Jawa Tengah masih mencatat hujan dengan kategori bervariasi.

Namun, perhatian khusus tertuju pada dua daerah, yakni Kabupaten Wonogiri dan Kendal, yang tercatat mengalami HTH kategori sangat panjang, yaitu antara 31 hingga 60 hari tanpa hujan. Kepala Stasiun Klimatologi Jateng menyebutkan bahwa kondisi ini berpotensi memengaruhi ketersediaan air bersih dan sektor pertanian.

“HTH sangat panjang patut diwaspadai karena bisa memicu kekeringan, terutama di wilayah yang bergantung pada tadah hujan,” ujarnya.

Selain itu, beberapa daerah lain mengalami HTH kategori pendek (6–10 hari) dan menengah (11–20 hari). Adapun wilayah yang masih mencatat HTH sangat pendek (1–5 hari) meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pati, Boyolali, Banjarnegara, Purworejo, dan Wonogiri bagian tertentu.

Sementara itu, hasil analisis curah hujan dasarian ke-3 September 2025 menunjukkan mayoritas wilayah Jawa Tengah masuk kategori rendah (0–50 mm/dasarian) hingga menengah (51–150 mm/dasarian). Meski begitu, ada beberapa daerah dengan curah hujan tinggi, yakni Purbalingga, Cilacap, Banyumas, serta sebagian kecil Brebes, Pekalongan, Banjarnegara, Wonosobo, dan Grobogan. Bahkan, sebagian wilayah Cilacap dan Purbalingga mencatat curah hujan sangat tinggi, lebih dari 300 mm/dasarian.

Untuk prediksi probabilistik curah hujan pada dasarian pertama Oktober 2025, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah berpeluang lebih dari 70% masuk kategori rendah. Namun, wilayah Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, hingga bagian selatan Brebes dan Tegal diprediksi berpeluang mengalami curah hujan menengah.

Dengan kondisi ini, masyarakat di daerah terdampak HTH panjang diminta lebih waspada terhadap potensi kekeringan dan krisis air bersih. Pemerintah daerah diimbau menyiapkan langkah mitigasi seperti distribusi air bersih, optimalisasi irigasi, serta sosialisasi hemat air kepada warga.

BMKG juga menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor, khususnya di bidang pertanian, agar dampak HTH sangat panjang tidak mengganggu ketahanan pangan di Jawa Tengah